Alghorethicts: Etika untuk Otak Buatan di Era AI

ILUSTRASI Alghorethicts: Etika untuk Otak Buatan di Era AI-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Demokrasi Membutuhkan Etika
Namun, siapa yang bertanggung jawab terhadap itu?
Jawabannya: semua pihak. Pembuat kebijakan harus hadir dengan regulasi yang bijak dan progresif.
Penyedia teknologi harus berkomitmen pada etika publik, bukan sekadar profit. Dunia pendidikan dan keagamaan –¬termasuk para pendakwah– perlu aktif membentuk kesadaran moral generasi digital.
Pebisnis dan media perlu sadar bahwa algoritma yang mereka kembangkan bukan hanya alat untuk engagement, melainkan juga alat yang dapat memengaruhi nasib manusia dan masyarakat.
BACA JUGA:Tamsil Kisah Adam, Politik Dinasti, dan Etika Berkontestasi
BACA JUGA:Tantangan Etika dan Identitas dalam Pendidikan
Namun, yang paling penting adalah kesadaran pengguna, baik sebagai pembuat konten, pengunggah, dan konsumen. Di era ini, semua orang harus mengembangkan kapasitas agensi –kemampuan bertindak dengan nilai dan kesadaran.
Mulai komitmen moral sebagai kompas, kecakapan berpikir kritis, hingga kompetensi digital untuk memverifikasi informasi.
Sebagai seorang muslim, Islam sendiri sejak awal menekankan pentingnya kesadaran moral dan tanggung jawab sosial dalam setiap bentuk kekuasaan, termasuk kekuasaan atas informasi. Dalam surah Al-Hujurat ayat 6, Allah SWT mengingatkan:
”Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti....”
Prinsip tabayun itu sejalan dengan semangat alghorethicts. Yakni, jangan terima informasi atau keputusan mesin secara buta. Namun, uji, telaah, dan validasi.
Imam Al-Ghazali dalam karyanya, Ihya' Ulumuddin, juga menekankan bahwa ilmu yang tidak dibimbing oleh akhlak akan menjadi sumber kerusakan, bukan kebaikan.
Maka dari itu, kita semua berada dalam titik balik sejarah. AI bisa menjadi rahmat besar atau bencana moral, bergantung nilai-nilai yang kita tanamkan kepadanya. Deklarasi Alghorethicts bukanlah akhir, melainkan undangan untuk bekerja bersama agar mesin yang cerdas juga menjadi mesin yang beradab.
Bagi United in Diversity, alghorethicts adalah bagian komitmen wujudkan transformasi sistem berbasis kesadaran, baik lewat kepemimpinan berkesadaran maupun gotong royong untuk kebahagian semua. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: