Mengurai Fenomena Auto-Pilot Living di Kalangan Anak Muda

Mengurai Fenomena Auto-Pilot Living di Kalangan Anak Muda

kondisi ini bisa dikenali dan dihadapi. Langkah awal adalah dengan memberi jeda. Mindfulness atau kesadaran penuh atas momen sekarang telah terbukti secara ilmiah mampu membantu seseorang keluar dari mode otomatis. -Creative Market-Pinterest

HARIAN DISWAY - Setiap hari, banyak orang menjalani rutinitas yang sama: bangun pagi, menyelesaikan pekerjaan, menjalani aktivitas, lalu tidur kembali.

Siklus itu terus berulang tanpa jeda. Tanpa pertanyaan. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi sering kali tanpa keterlibatan batin yang utuh.

Seiring waktu, muncul kegelisahan: mengapa hidup terasa berjalan, namun tidak benar-benar bermakna?

BACA JUGA:Self-Diagnose Mental Health di TikTok: Solusi atau Bahaya?

Fenomena semacam itu dikenal sebagai auto-pilot living, sebuah kondisi ketika seseorang menjalani hidup dalam mode otomatis, tanpa kesadaran penuh.

Banyak dialami oleh generasi muda, terutama mereka yang berada pada usia produktif, di tengah tekanan rutinitas, target pencapaian, serta ekspektasi sosial.

Psikolog klinis Dr. Intan Permata, M.Psi, menjelaskan bahwa kondisi itu merupakan respons psikologis terhadap stres yang berkepanjangan dan monoton.

BACA JUGA:Healing-Hedonism: Apa Semua Self-Reward Harus Beli Barang?

Banyak anak muda berada dalam fase hidup ketika mereka harus terus bergerak, tapi tidak diberi ruang untuk benar-benar merasakan atau memaknai proses yang mereka jalani.


Setiap hari, banyak orang menjalani rutinitas yang sama: bangun pagi, menyelesaikan pekerjaan, menjalani aktivitas, lalu tidur kembali. --northenlightsuk

Laporan dari World Health Organization (WHO) pada 2023 juga menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen anak muda usia 18–29 tahun mengalami kelelahan emosional.

Juga gejala disosiasi ringan akibat tekanan kerja dan sosial. Mereka merasa kosong. Seolah apa pun yang dilakukan tidak berdampak. Tidak pula memberi makna personal.

BACA JUGA:Menghadapi Rasa Sakit: Alternatif Sehat untuk Mengatasi Self-Harm

Penyebabnya bisa berasal dari banyak hal. Salah satunya adalah rutinitas yang padat dan minim refleksi diri. Di sisi lain, gempuran media sosial juga memperkuat kebutuhan untuk “selalu terlihat sibuk dan berhasil”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: