DPR Soroti Sistem Syarikah Arab Saudi Yang Bingungkan Jamaah

Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto mencatat tingginya jumlah jamaah haji lansia dan mereka yang masuk kategori risti.--
HARIAN DISWAY – Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2025 kembali menjadi perhatian serius Tim Pengawas haji DPR RI, mengingat besarnya jumlah jamaah haji asal Indonesia.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, yang turut menjadi bagian dari tim pengawas, menemukan berbagai persoalan di lapangan, terutama di sektor kesehatan dan sistem pemondokan jamaah.
Edy mencatat tingginya jumlah jamaah haji lansia dan mereka yang masuk kategori risiko tinggi (risti). Kondisi tersebut tentunya berdampak langsung pada angka sakit dan kematian jamaah selama ibadah berlangsung.
Ia mengungkapkan, hingga hari ke-30 pelaksanaan haji tahun ini, tercatat 115 jamaah asal Indonesia yang meninggal dunia.
BACA JUGA:Sambut Puncak Haji 2025: Tim Khusus Siaga Evakuasi Lansia dan Disabilitas di Armuzna
“Angka ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencatatkan 85 kematian pada periode yang sama,” ujar Edy dalam keterangannya pada Senin, 2 Juni 2025.
Sementara itu, jumlah jamaah yang masih dirawat di rumah sakit Arab Saudi hingga hari ke-30 mencapai 680 orang. Meski jumlah ini sedikit menurun dibandingkan tahun lalu yakni sebanyak 719 orang, Edy tetap menekankan pentingnya peningkatan layanan kesehatan.
Edy menyoroti tentang pengurangan jumlah tenaga Kesehatan yang mendampingi jamaah ketika dirinya mengunjungi Klinik Keseatan Indonesia (KKHI). Ia menyebut bahwa pengurangan tenaga Kesehatan dapat memberikan dampak signifikan bagi pelayanan terhadap jamaah.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, yang turut menjadi bagian dari tim pengawas, menemukan berbagai persoalan di lapangan, terutama di sektor kesehatan dan sistem pemondokan jamaah.--
Dalam satu kelompok terbang (kloter), hanya tersedia satu dokter dan satu tenaga medis. Kondisi ini dinilainya tidak ideal, terutama jika terjadi kasus kegawatdaruratan dalam waktu yang bersamaan.
“Kalau terjadi dua atau lebih kasus kegawatdaruratan sekaligus, tim kesehatan pasti kewalahan,” ungkap Edy.
Meski demikian, ia mengapresiasi upaya Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro, yang telah mencoba mengatasi kekurangan tenaga kesehatan dengan memadukan sumber daya dari pusat dan daerah.
Menurut Edy, skema ini membantu mengisi kekosongan petugas di kloter-kloter yang masih membutuhkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: