Ospek Maba dalam Dunia yang Berubah

Ospek Maba dalam Dunia yang Berubah

ILUSTRASI Ospek Maba dalam Dunia yang Berubah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Apalagi, selalu ada tuntutan terhadap peran vital mahasiswa sebagai agen perubahan, agen penggerak, dan agen pelopor di masyarakat. Harapan yang menuntut kesiapan dan kesigapan dalam mengelola diri dan melalui strategi belajar yang tepat.

Selama masa perkuliahan, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan berbagai kompetensi akademik dan nonakademik. Mahasiswa dituntut untuk bisa menjadi pembelajar sejati yang terampil, lincah, dan ulet (powerful agile learner). 

Hal itu ditujukan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi lulusan yang tangguh dan relevan dengan kebutuhan zaman. Perti sudah selayaknya bisa menyiapkan para calon pemimpin yang memiliki kemampuan akademik (hard skills) yang tangguh. 

Generasi yang mampu mengembangkan aspek keterampilan kemanusiaan atau perilaku personal dan antar personalnya (soft skills). Di antaranya adalah keterampilan kepemimpinan (leadership skill).

Secara umum, materi yang dapat diberikan dalam orientasi Maba adalah kehidupan berbangsa, bernegara, dan pembinaan kesadaran bela negara; pengenalan sistem pendidikan tinggi di Indonesia; perguruan tinggi di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0; dan pengenalan growth mindset mahasiswa.

Lalu, pengembangan karakter mahasiswa; pengenalan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan (K3L); serta materi lain yang bermanfaat dan dipandang perlu sesuai dengan kebutuhan mutakhir, khususnya  literasi abad ke-21.

Sekali lagi, ospek harus didesain sebagai kegiatan yang menyenangkan dan bebas dari segala bentuk ketakutan dan perundungan. Penyelenggaraan kegiatan ospek harus diarahkan dalam giat yang lebih menarik, menyenangkan, dan mendidik.

Perti juga harus bisa memastikan  bahwa kegiatan itu aman dengan meningkatkan kewaspadaan, pengawasan, dan pembinaan. 

Jangan sampai terjadi penyimpangan seperti adanya aktivitas perundungan oleh mahasiswa senior, kewajiban atribut kegiatan yang membebani mahasiswa baru, tindak kekerasan fisik, dan psikis. 

Kegiatan yang menyimpang dapat berakhir dengan adanya korban jiwa yang tentu saja dapat menimbulkan kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan bagi maba, orang tua, dan masyarakat.

Semua upaya itu dimaksudkan agar maba bisa melewati proses transisi menjadi mahasiswa yang dewasa dan mandiri. Mereka bisa  mempercepat proses adaptasi dengan lingkungan yang baru dan memberikan bekal untuk keberhasilan menempuh pendidikan di Perti. 

Ospek juga diharapkan dapat menjadi ajang penyadaran akan adanya kendala yang dapat menghambat studi.  

Melalui ospek, mereka dilatih untuk menjadi orang-orang yang bisa menghayati dan memiliki literasi data, literasi teknologi, dan literasi kemanusiaan serta kesiapan untuk penguasaan kompetensi yang diperlukan di abad ke-21.

Kompetensi mutakhir seperti kemampuan berpikir nalar kreatif dan kritis, problem solving, terampil berkomunikasi, berkolaborasi, memahami bidang kerja, dan pengembangan kariernya serta pentingnya belajar sepanjang hayat menjadi modal penting bagi mahasiswa menghadapi era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity).

Dengan demikian, ospek harus dilakukan atas asas keterbukaan, demokratis, humanis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: