Media Massa Kita (Belum) Roboh: Menuju Koeksistensi dan Rekonstruksi Sistem Komunikasi

Media Massa Kita (Belum) Roboh: Menuju Koeksistensi dan Rekonstruksi Sistem Komunikasi

ILUSTRASI Media Massa Kita (Belum) Roboh: Menuju Koeksistensi dan Rekonstruksi Sistem Komunikasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Upaya-upaya tersebut sejalan dengan kebutuhan reflektif untuk membongkar ulang fondasi sistem komunikasi kita sendiri, terutama dalam konteks lokal dan nasional.

Saya sepakat dengan penulis bahwa persoalan media tidak dapat diselesaikan hanya dengan regulasi teknologi atau memperbaiki algoritma. 

Diperlukan pembacaan ulang atas logika komunikasi dalam masyarakat modern serta desain ulang sistem informasi yang mampu membangun kembali ruang bersama. 

Kembali lagi pada konteks bahwa media dan pembaca adalah dwitunggal, kita perlu reflektif apakah pembaca bersedia bertahan dengan media yang bermutu?  

Karena sangat mendesak untuk mendidik masyarakat pada media dan digital literasi, karena apa pun bentuk redesain, akan kembali pada derajat dan tingkat media dan digital literasi mayarakat kita. 

Akhirnya, kita perlu bertanya: apakah yang runtuh adalah sistem komunikasi secara struktural atau hanya model bisnis media lama (legasi media) yang tidak lagi relevan dalam ekosistem digital? 

Studi oleh Pickard (2019) dan Nielsen (2022) menunjukkan bahwa justru banyak media bertahan dan berkembang melalui inovasi model baru seperti membership, platform-based news, dan bundling economy

Maka, tidak pernah ada kata terlambat, penting untuk memetakan ulang lanskap media dan melihat peluang regenerasi dalam bentuk-bentuk yang lebih inklusif, partisipatif, dan berbasis komunitas. (*)

*) IGAK Satrya Wibawa adalah duta besar, wakil delegasi tetap Republik Indonesia untuk UNESCO, dan staf pengajar Departemen Komunikasi, Universitas Airlangga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: