Media Massa Kita (Belum) Roboh: Menuju Koeksistensi dan Rekonstruksi Sistem Komunikasi

ILUSTRASI Media Massa Kita (Belum) Roboh: Menuju Koeksistensi dan Rekonstruksi Sistem Komunikasi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
TANGGAPAN terhadap Robohnya Media Massa Kami oleh A.A.I. Prihandari Satvikadewi yang terbit di Harian Disway pada Senin, 16 Juni 2025. Menarik membaca argumentasi Prihandari dalam artikel berjudul Robohnya Media Massa Kami pada harian ini (Senin, 16 Juni 2025).
Penulis menyatakan bahwa krisis media massa saat ini tidak hanya bersifat ekonomi atau akibat kemajuan teknologi, tetapi juga mencerminkan keretakan yang lebih mendalam pada fondasi epistemik masyarakat.
BACA JUGA:Robohnya Media Massa Kami
BACA JUGA:Masa Depan Media Massa Indonesia: Dari Krisis Menuju Transformasi
Media tidak lagi berfungsi sebagai penjaga kebenaran atau ruang diskusi bersama, tetapi telah terfragmentasi dalam lanskap digital yang lebih menekankan pada kecepatan dan sensasionalisme daripada akurasi dan kedalaman informasi.
Lebih jauh, penulis juga menyoroti bahwa polarisasi publik dan memudarnya jurnalisme berkualitas bukanlah gejala permukaan dari penggunaan media sosial, melainkan merupakan tanda dari disfungsi sistem komunikasi yang lebih luas.
Hilangnya media yang kredibel dan netral beriringan dengan melemahnya kepercayaan publik terhadap institusi informasi. Akibatnya, masyarakat makin terjebak dalam gelembung informasi yang memperkuat bias kelompok masing-masing.
BACA JUGA:Rancangan Perpres Hak Penerbit: Payung Hukum Jurnalisme dan Industri Media Massa
BACA JUGA:Anugerah Patriot Jawi Wetan II 2024: Tips dan Trik Menembus Media Massa
Dalam diskursus mengenai krisis media, kerap muncul narasi bahwa media sosial telah menggantikan sepenuhnya logika operasional media massa.
Pandangan itu berakar pada kenyataan bahwa algoritma platform digital lebih mementingkan keterlibatan pengguna (engagement) seperti likes, shares, dan swipe daripada verifikasi, akurasi, atau kode etik jurnalistik.
Namun, apakah benar media sosial sepenuhnya menyingkirkan logika lama media massa?
Pendekatan yang lebih nuansa dapat ditemukan dalam konsep hybrid media system seperti dijelaskan Andrew Chadwick (2017), yang menunjukkan bahwa media sosial dan media massa tidak saling meniadakan, tetapi membentuk sistem komunikasi baru yang saling berinteraksi dan beradaptasi.
Dalam praktiknya, berita dari media arus utama sering kali disebarkan melalui media sosial, sementara jurnalis kini juga memanfaatkan media sosial untuk memperoleh data lapangan, opini publik, bahkan membentuk narasi liputan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: