Tiongkok–Rusia Mengutuk, Trump Enggan Rusia Memediasi Konflik

PM ISRAEL Benjamin Netanyahu mengunjungi Rumah Sakit Soroka, Beersheba, Israel, 19 Juni 2025. Rumah sakit itu rusak dihantam rudal Iran.-MARC ISRAEL SELLEM-AFP-
ESKALASI terus memburuk antara Israel dan Iran. Di tengah-tengah itu, dua kekuatan dunia—Tiongkok dan Rusia—mengambil posisi jelas. Mereka mengutuk keras serangan Israel dan menyerukan penyelesaian diplomatik.
Serangan udara besar-besaran Israel terhadap Iran dinilai telah melewati batas. Terutama setelah infrastruktur sipil seperti rumah sakit menjadi sasaran atau terdampak.
“Putin dan Xi mengutuk keras aksi Israel,” kata Yuri Ushakov, penasihat Kremlin. Pernyataan itu muncul setelah percakapan telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Kamis, 19 Juni 2025.
Pernyataan itu menegaskan sikap tegas dua negara tersebut terhadap tindakan Tel Aviv. Israel dianggap membahayakan stabilitas kawasan secara luas.
BACA JUGA:Kunjungan Wisman Naik 58,5 Persen, Turis Tiongkok, Malaysia, dan Singapura Mendominasi
Serangan Israel sebelumnya menghancurkan fasilitas nuklir Iran. Serangan balik Iran juga berdampak dahsyat. Termasuk menyebabkan kebakaran hebat di Rumah Sakit Soroka di Beersheba, Israel selatan. Itulah yang memicu respons diplomatik global.
Nah, Moskow dan Beijing tidak hanya mencela. Mereka menawarkan jalur penyelesaian alternatif yang menekankan diplomasi.
Xi Jinping menekankan bahwa prioritas utama adalah penghentian tembak-menembak. Ia mendesak Israel untuk segera menghentikan serangannya. “Kekuatan bersenjata bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan perselisihan internasional,” ujarnya seperti dikutip Xinhua.
WARGA TEHERAN membersihkan gedung Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB) yang sehari sebelumnya dibom Israel, 19 Juni 2025.-AGENCE FRANCE-PRESSE-
“Pihak-pihak dalam konflik, terutama Israel, harus segera menghentikan permusuhan guna mencegah eskalasi berulang dan meluasnya perang,” kata Xi seperti ditulis Agence France-Presse.
Sikap itu mencerminkan strategi diplomatik Tiongkok yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Mereka menghindari konfrontasi militer dan mendorong penyelesaian damai di berbagai zona konflik.
Dalam konteks konflik itu, posisi Xi tampak selaras dengan kepentingan strategis Beijing untuk menjaga kestabilan kawasan Timur Tengah. Sebab, kawasan itu adalah sumber energi penting bagi ekonomi Tiongkok.
Di sisi lain, Vladimir Putin memainkan peran yang lebih aktif. Ia menawarkan dirinya sebagai mediator dalam konflik. Padahal, posisinya sendiri berada dalam tekanan internasional karena agresi Rusia di Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: