Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (15): Kemewahan Inklusivitas di Helsinki

Berseda bersama istri dan anak (dibonceng), di jalur khusus sepeda pancal yang ada di daerah Kamppi, Helsinki. --Mushonnifun Faiz S
Hal ini tidak terlepas dari pemerintah Kota Helsinki yang memiliki beberapa council. Meliputi elderly citizens council (dewan untuk penduduk yang tua), the council on disability (dewan untuk penduduk yang memilki disabilitas), the gender equality commission (komisi tentang kesetaraan gender), serta non-discrimination commission (komisi non-diskriminasi).
Dengan semua itu, penduduk terepresentasikan dengan baik dengan kehadiran mereka dan aspirasi dapat disalurkan dan diperjuangkan ke pemerintah.
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (11): Segunung Tantangan S3
Selain transportasi, berbagai fasilitas di kota berusaha didesain untuk mengakomodir kebutuhan. Misalnya, selalu ada jalur sepeda dan jalur pejalan kaki, di beberapa tempat menjadi satu, di beberapa tempat terpisah, dan ada garis jelas yang memisahkan.
Berkat itu, saya bisa bersepeda dengan nyaman tanpa takut bercampur dengan jalur mobil di jalan raya. Begitu pula saat jalan kaki saya pun merasa nyaman.
Di musim semi, panas, hingga musim gugur, banyak orang yang bersepeda baik menggunakan sepeda pribadi maupun menyewa sepeda kota yang memiliki banyak bike station yang tersebar di penjuru kota.
Harga sewanya cukup murah. Hanya 35 euro untuk sepuasnya selama musim panas. Kita tinggal mengambil sepeda di bike station terdekat. Ketika sampai tujuan menaruhnya di bike station yang terdekat.
Bagaimana dengan gedung? Tentu saja hal ini jadi perhatian. Toilet disabilitas dijamin tersedia di berbagai gedung. Jika tidak, tentu diinfokan. Misalnya, kala dulu saya mencari housing, ada keterangan housing tersebut menyediakan pintu masuk yang aksesibel, lift serta fasilitas penunjang disabilitas.
Saat bersepeda di daerah Arabia bersama istei dan anak. terdapat track khusus untuk bersepeda.--Mushonnifun Faiz S
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mushonnifun Faiz Sugihartanto (12): Hidup dengan Kartu Sakti Kela
Termasuk di kampus saya, di Hanken, terdapat tangga kecil. Tapi di sampingnya terdapat lift kecil untuk pengguna kursi roda. Yang serupa saya temukan di kampus lain. Praktis, pendidikan di sini benar-benar memastikan semua orang dapat mengaksesnya.
Tak luput soal aspek kesetaraan gender. Dari sisi pengasuhan anak, jangan kaget bila di jalan kita melihat bapak-bapak memakai jas dan setelan office look berjalan membawa stroller. Tidak sekali saja itu saya lihat loh.
Pun di tempat bermain anak-anak. Banyak para bapak sedang menggendong bayi, membacakan buku untuk anak, dan mendampingi bermain. Sesuatu yang mungkin di Indonesia menimbulkan pertanyaan dari orang-orang yang melihatnya, ”Loh, ibunya ke mana?”.
Sementara transportasi publik, sangatlah biasa jika pengemudi mode transportasi tersebut adalah perempuan. Bahkan, di kampus saya, terdapat salah satu KPI yang menuliskan jumlah faculty member perempuan sebagai salah satu indikator keberhasilan.
Melihat gambaran itu di Finlandia, saya begitu sedih. Mengingat kondisi di Indonesia yang belum sepenuhnya inklusif. Terlebih saat mendengar dampak efisiensi angggaran yang berdampak; Komisi Nasional Disabilitas harus menghadapi kenyataan pahit anggarannya dipangkas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: