5 Masalah Kesehatan yang Sering Terjadi saat Mendaki Gunung dan Cara Mengatasinya

Mayoritas kasus melibatkan hipotermia, dehidrasi, dan cedera otot. -tangkapan layar-YouTube
Siapkan sleeping bag yang sesuai suhu ekstrem dan alas tidur untuk mencegah konduksi dingin dari tanah. Konsumsi makanan tinggi kalori dan minuman hangat secara berkala untuk menjaga energi.
2. Dehidrasi: Rasa Haus yang Tidak Terasa
Di udara dingin, mekanisme haus sering tidak terasa, padahal tubuh tetap kehilangan cairan melalui pernapasan dan keringat. --Freepik
Di udara dingin, mekanisme haus sering tidak terasa, padahal tubuh tetap kehilangan cairan melalui pernapasan dan keringat. Kurangnya asupan cairan memperberat kerja ginjal dan jantung, mempercepat kelelahan, serta menurunkan konsentrasi yang sangat dibutuhkan di jalur berbahaya.
Gejala: Mulut kering, pusing, denyut nadi meningkat, kulit kering, urine berwarna pekat, kram otot, hingga kelelahan berat. Jika dibiarkan, bisa menyebabkan heat exhaustion meskipun udara tidak panas.
BACA JUGA: 7 Tip Mendaki Gunung di Musim Hujan
Pencegahan dan Solusi: Minum air setiap 20–30 menit, bukan menunggu rasa haus muncul. Gunakan botol ukuran kecil untuk memantau konsumsi cairan. Campurkan oralit atau elektrolit bubuk ke dalam air untuk menghindari ketidakseimbangan ion tubuh. Hindari konsumsi kafein dan minuman berenergi yang bersifat diuretik.
3. Altitude Sickness: Tubuh Menolak Ketinggian
Altitude sickness atau penyakit ketinggian umumnya terjadi pada ketinggian di atas 2.500 mdpl. Ini terjadi karena tubuh belum beradaptasi dengan penurunan kadar oksigen di atmosfer. Banyak pendaki yang mengalami gejala ini karena terlalu cepat naik tanpa aklimatisasi.
Gejala: Sakit kepala berdenyut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, insomnia, kelelahan luar biasa, sesak napas, dan denyut jantung meningkat.
BACA JUGA: Jadi Pengurus Baru FPTI, Rocky Gerung: Saya Sudah 50 Tahun Mendaki Gunung
Jika parah, dapat menyebabkan High Altitude Pulmonary Edema (HAPE) atau High Altitude Cerebral Edema (HACE) yang bisa berakibat fatal.
Pencegahan dan Solusi: Lakukan aklimatisasi dengan tidak langsung menuju puncak dalam satu hari. Naik perlahan dan beri jeda setiap 600–800 meter kenaikan. Tidur di ketinggian lebih rendah dari tempat tertinggi yang dicapai saat siang. Hindari aktivitas berat di hari pertama pendakian. Jika gejala muncul, segera turun ke ketinggian lebih rendah dan istirahat.
4. Cedera Otot dan Sendi: Akibat Langkah yang Salah
Gunung dengan jalur terjal, bebatuan licin, atau turunan curam meningkatkan risiko cedera. Lutut, pergelangan kaki, dan punggung menjadi bagian paling rawan, terlebih jika membawa beban berlebih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: