Jelajah Bangunan Terbengkalai, Hobi Anyar Anak Muda Tiongkok

PERJALANAN Xu Pengcheng (kanan) dan Mao Yi sebelum sesi pemotretan pada hotel terbengkalai di Shanghai, 24 Mei 2025.--
“Saya rasa Anda tak akan menemukan tempat seperti ini di Eropa,” kata Brin Connal, penjelajah asal Inggris, saat menyusuri salah satu bangunan kosong.
“Di Tiongkok, banyak sekali tempat seperti ini. Tempat yang tidak selesai dibangun,” tukas Connal.
BACA JUGA:Sinergi RI–Tiongkok, Samator Bentuk Task Force Bersama Bidang Gas Industri
BACA JUGA:Tiongkok–Rusia Mengutuk, Trump Enggan Rusia Memediasi Konflik
Salah satu contoh proyek terbengkalai terbesar adalah Pentagon Mall di distrik Pudong, Shanghai. Bangunan raksasa dari beton itu nyaris rampung pada 2009. Namun, investasi tambahan tak kunjung datang.
Kini, ubin-ubin pecah berserakan di lantai. Denah besar pusat perbelanjaan yang belum jadi itu nyaris tak terlihat di balik debu tebal.
Namun jejak kehidupan tetap ada. Ada kasur milik gelandangan, kotak makanan siap saji, bungkus rokok, dan bahkan cucian yang dijemur di luar.
“Di tempat seperti Shanghai, orang selalu menemukan cara untuk memanfaatkan bangunan-bangunan ini. Meski belum selesai dibangun atau belum layak pakai sepenuhnya,” ujar seorang petualang yang namanya minta disamarkan.
POSE Mao Yi di dalam kamar terbengkalai di Shanghai. Perjalanan itu sering diwarnai sesi pemotretan dengan nuansa unik.--
Pentagon Mall telah menjadi semacam titik kumpul komunitas penjelajah kota. Di lantai paling atas, para urbex meninggalkan pesan-pesan untuk satu sama lain di dinding.
“Saya rasa itulah sesuatu yang sangat khas dalam eksplorasi kota di Tiongkok,” kata petualang tersebut. “Ada rasa kebersamaan yang sangat kuat, dan suasananya sangat ramah,” timpal kawannya yang juga tak mau menyebutkan nama.
Namun platform media sosial Tiongkok tidak menyambut hangat tren itu. Di Xiaohongshu, platform mirip Instagram, pencarian kata kunci “bangunan terbengkalai” langsung memunculkan peringatan: Area ini mengandung risiko, harap perhatikan keselamatan dan patuhi peraturan setempat.
Connal memahami pembatasan tersebut. “Beberapa tempat memang terlalu berbahaya. Beberapa lokasi juga jadi terlalu ramai oleh pengunjung,” ujarnya.
BACA JUGA:Kunjungan Wisman Naik 58,5 Persen, Turis Tiongkok, Malaysia, dan Singapura Mendominasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: