Jawa Pos Adalah Monster

ILUSTRASI Jawa Pos adalah monster "Frankenstein" yang kini berusaha memidanakan Dahlan Iskan.-Arya-Harian Disway-
BACA JUGA:Peserta Disway Business Adventure with Dahlan Iskan Vol.2 Siap Jelajahi Wuhan-Chongqing
Jawa Pos menjadi monster raksasa setelah melalui tiga fase perkembangan; komodifikasi, spasialisasi, dan strukturisasi.
Tiga fase itu bisa digambarkan sebagai ”Fase Kembang Jepun” (periode 1980–1990), fase spasialisasi adalah ”Fase Karah Agung” (periode 1990–2000), dan fase strukturisasi mewakili ”Fase Graha Pena” (sampai sekarang).
Komodifikasi adalah proses perubahan dari barang yang berfungsi sosial menjadi barang komoditas yang bernilai komersial. Ada tiga jenis komodifikasi, yaitu komodifikasi konten, komodifikasi khalayak, dan komodifikasi tenaga kerja.
Komodifikasi konten berkaitan dengan konten media yang cocok dijual di pasaran karena sesuai dengan selera pasar. Komodifikasi khalayak berhubungan dengan rating yang didapat dari konten media.
Rating itu kemudian dijual kepada pengiklan dengan imbalan finansial sesuai dengan jumlah khalayak yang menjadi pembaca dan pelanggan.
Dahlan berhasil memformulasikan jurnalisme bertutur ala Tempo dengan selera orang Jawa Timur. Jawa Pos pun melesat bak meteor.
Komodifikasi tenaga kerja adalah proses para pekerja dalam memproduksi dan mendistribusikan produk media kepada khalayak. Dalam komodifikasi itu, tenaga dan pikiran para pekerja dimanfaatkan secara optimal sekalipun beban kerjanya tidak sesuai dengan upah yang didapat.
Kerja ekstra keras Dahlan selama bertahun-tahun membuat levernya rusak dan harus menjalani transplantasi.
Spasialisasi adalah proses transformasi batasan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial. Spasialisasi adalah cara mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial.
Teknologi cetak jarak jauh yang dimiliki Jawa Pos pada dekade 1990-an memungkinkan proses spasialisasi dan membuat Jawa Pos berkembang ke seluruh Indonesia melalui JPNN (Jawa Pos News Network).
Fase strukturisasi adalah proses penyeragaman ideologi secara terstruktur. Setelah Jawa Pos menjadi raksasa dengan mempunyai ratusan anak perusahaan di seluruh Indonesia, terbentuklah strukturisasi penyeragaman ideologi seluruh anak perusahaan Jawa Pos.
Strukturisasi adalah hubungan agen sebagai pembentuk suatu struktur dan struktur membentuk agen. Pada fase itulah Jawa Pos mempunyai pengaruh yang sangat besar kepada struktur kekuasaan. Pada fase itulah Dahlan Iskan menjadi direktur PLN, kemudian menteri BUMN.
Ketika menjabat direktur PLN itulah Dahlan mulai dikucilkan. Para pemegang saham Jawa Pos –orang-orang Tempo tempat Dahlan memulai karier jurnalistik– merasa bahwa saat itulah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Dahlan.
Secara psikologis dan historis, Dahlan tetaplah dianggap sebagai ”anak kemarin sore” oleh elite Tempo. Ia dipelihara karena dianggap sebagai angsa bertelur emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: