Trenggalek Mengolah Kata: Dari Praktik ke Praktik yang Praktik

Trenggalek Mengolah Kata: Dari Praktik ke Praktik yang Praktik

Sekitar 70 guru Kabupaten Trenggalek belajar kaidah penulisan dan bahasa. --Humas PKBI

Mulai dari pasal-pasal di UUD 1945, hingga Perpres dan Permen terbaru yang menjadi landasan hukum pembinaan bahasa. Retno juga membagikan data dan tantangan yang dihadapi dalam menjaga martabat bahasa di era digital.

Materi kedua disampaikan oleh penyuluh BBP Jatim, Andi Asmara. Ia membedah Ejaan yang Disempurnakan edisi kelima atau EYD V. Bagi sebagian peserta, ini seperti upgrade software dalam menulis. Ternyata, banyak perubahan dari aturan lama.

BACA JUGA:Unitomo Latih 250 Guru PAUD Coding Dasar, Bekali Anak Hadapi Era Digital

BACA JUGA:Menko Muhaimin Hadiri Hari Guru Tokoh Tasawuf Dunia di Surau Qutubul Amin Depok


Betapa antusiasnya guru-guru ketika mendengarkan materi dari narasumber. --Humas PKBI

Misalnya, kini tanda titik dua dapat digunakan untuk menuliskan waktu: 13:30:20. Dalam PUEBI lama, itu harus ditulis 13.30.20. "Ini bukan sekadar soal titik dan koma, tapi cara berpikir kita sebagai penulis," kata Andi.

Materi terakhir hari itu disampaikan oleh Awaludin Rusiandi, M.A., akrab disapa Sandy. Ia mengulas pilihan kata dan bentuk kata secara rinci. Dari prefiks "meng-" dan "peng-" hingga soal akronim. Sandy menyampaikan materi dengan ringan dan penuh contoh kontekstual.

Ia bahkan memberi kiat menulis yang mudah diikuti para guru. "Mulailah dari yang dekat. Dari pengalaman mengajar, atau dari percakapan di ruang guru. Itu bisa jadi tulisan yang bernilai," ujarnya.

Suasana pelatihan tidak kaku. Diskusi mengalir santai. Beberapa guru bahkan mengangkat masalah sehari-hari, seperti penulisan laporan BOS atau narasi kegiatan sekolah yang kerap membingungkan. Mereka pun saling berbagi solusi dan pengalaman.

BACA JUGA:Mobile Legends: Bang-bang Teacher Ambassador Ajak Guru se-Surabaya Memahami Dunia Gaming Esports

BACA JUGA:Tim Abdimas Polinema Latih Guru SMPIT As-Salam Membuat QR Code Literasi Multibahasa

Dengan kegiatan ini, para guru nonbahasa di Trenggalek seakan mendapatkan cermin baru: bahwa bahasa bukan sekadar alat, tapi jati diri. Dari pelafalan hingga penulisan, semuanya membentuk wibawa seorang pendidik.

Dan ketika nanti mereka kembali ke kelas, pelajaran sejarah, matematika, atau biologi akan terasa lebih jernih. Karena kini mereka tahu: kata yang tepat bisa membuat ilmu lebih mengena. Bukan lagi soal 'praktek' atau 'praktik', tapi bagaimana praktik bahasa yang benar menjadi kebiasaan bersama. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: