Hangul di Baubau: Jejak Budaya dan Linguistik Indonesia-Korea

Hangul di Baubau: Jejak Budaya dan Linguistik Indonesia-Korea

Diperkirakan ada 93 ribu penutur bahasa Cia-Cia, di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara yang sebagian besar menggunakan aksara Hangul Korea. -SOCLyfe-

HARIAN DISWAY - Inilah keunikan yang ada di Indonesia. Sebuah suku di melestarikan bahasanya sendiri dengan menggunakan aksara dari Korea Selatan. Tidak terdengar anehkah? Tapi itulah yang terjadi di Kota Baubau.

Mereka menggunakan bahasa Korea sebagai salah satu bahasa sehari-hari, lebih tepatnya daerah ini mengadopsi aksara Hangul. Hangul adalah aksara bahasa Korea yang digunakan oleh penduduk asli negara Korea Selatan dan Korea Utara.

Diperkirakan ada 93 ribu penutur bahasa Cia-Cia, di Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Kendati penuturnya yang berjumlah banyak, tapi sayang tidak memiliki budaya menulis. Karena itulah masyarakat Baubau memakai aksara Hangul.

BACA JUGA: 6 Buku Bahasa Inggris tentang Cinta & Kehidupan Usia 20-an

Aksara itu telah diadaptasi ke semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka menggunakan aksara Hangul untuk mempelajari dan melestarikan bahasa daerah mereka yang tidak memiliki bentuk tulisan sendiri.
Fenomena akulturasi bahasa yang terjadi dengan Cia-Cia di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, dengan aksara Hangul dari Korea. -Pinterest-Pinterest

Kutika, sejenis coretan yang ditorehkan pada papan kayu atau kertas yang menyerupai simbol, adalah satu-satunya kebiasaan tulisan orang Cia-Cia. Kutika umumnya dimiliki orang yang dituakan dalam masyarakat.

Pada 5-8 Agustus 2005, Simposium Internasional Pernaskahan ke-9 menetapkan kebijakan penggunaan aksara Korea. Setelah simposium, Chun Tai-Hyun, ahli bahasa Malaysia dan Ketua Departemen Hunmin Jeonggeum Masyarakat Korea, merespons positif.

BACA JUGA: Depok, Nama Kota Ini Ternyata Singkatan dari Bahasa Belanda

Ia mengatakan bahwa bicara dengan orang-orang di kota itu mengingatkannya pada Korea. Aksara Hangul dapat digunakan untuk bahasa Cia-Cia yang sedang terancam punah. Pernyataan Chun Tai-Hyun direspons dengan cepat oleh Wali Kota Baubau.

Tak hanya tentang Hangul yang diadaptasi oleh masyarakat BauBau, ada juga fenomena dimana kolaborasi antara bahasa Indonesia dan bahasa Korea, sebagian orang mengetahuinya dengan istilah IndoKor (Indonesia-Korea). 

Fenomena IndoKor adalah peningkatan interaksi dan hubungan budaya antara Indonesia dan Korea Selatan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti budaya populer, pendidikan, ekonomi, dan bahasa.

BACA JUGA: Strategi Efektif untuk Mengajarkan Bahasa Kedua ke Anak

Gelombang budaya Korea, yang dikenal sebagai Korean Wave, telah muncul selama dua dekade terakhir. Tetapi fenomena IndoKor tidak hanya satu arah. Hubungan itu berkembang menjadi suatu hal yang lebih. 
Aksara Hangul yang diadaptasi untuk bahasa Cia-Cia di dalam masyarakat Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, karena tidak adanya budaya menulis. -Pinterest-Pinterest

Munculnya orang Korea yang tinggal dan bekerja di Indonesia serta peningkatan jumlah siswa Indonesia yang belajar bahasa Korea menunjukkan kolaborasi nyata antara dua negara. Fenomena di BauBau ini telah menjadi saksi unik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: