Berikan Akses Pendidikan yang Berkualitas dan Ruang Bermain yang Aman bagi Anak-anak Marjinal

Anak-anak miskin menghadapi minimnya fasilitas, dari buku pelajaran yang usang, ketiadaan uang seragam, uang transportasi, hingga meja kursi yang tak memadai. --iStock
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, tanpa terkecuali. Namun kenyataannya, jutaan anak-anak marjinal di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mengakses pendidikan yang layak dan ruang bermain yang aman.
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia Ubaid Matraji mengatakan, akses pendidikan masih menyakitkan bagi jutaan anak miskin di pelosok negeri.
”Benar, ada Kartu Indonesia Pintar (KIP), ada beasiswa, tetapi apakah itu cukup? Di banyak daerah terpencil, sekolah yang layak saja sulit ditemukan,” kata Ubaid seperti di kutip dari kompas.com, 13 Jun 2025.
BACA JUGA: Menkomdigi di Peringatan Hari Anak: Platform Digital Tidak Semua Aman untuk Anak-anak
Anak-anak miskin menghadapi minimnya fasilitas, dari buku pelajaran yang usang, ketiadaan uang seragam, uang transportasi, hingga meja kursi yang tak memadai. ”Kualitas pendidikan bagi anak miskin adalah luka menganga yang tak kunjung sembuh,” ujarnya.
Sedangkan anak-anak yang lahir dari keluarga kaya berpeluang jauh lebih besar mendapat pendidikan nonformal, kursus dan les untuk mendukung capaian pendidikan formal dan mengasah keterampilan serta kemampuan emosional dan spiritual sejak usia dini.
Maka untuk mengatasi ketimpangan akses pendidikan lahirlah sanggar-sanggar belajar untuk anak orang miskin meskipun belum memadai karena tidak adanya dukungan dari pemberintah secara maksimal.
BACA JUGA: BRI Peduli Rayakan Hari Anak Nasional 2025 dengan Kegiatan Agroedukasi di Garut
Hal ini menjadi perhatian utama bagi Forum Pendidikan Alternatif sebagai wadah sanggar belajar, organisasi dan komunitas peduli anak, yang menyerukan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk memastikan terpenuhinya hak-hak dasar anak-anak dari kelompok rentan.
Karena pendidikan yang inklusif dan berkualitas merupakan fondasi penting dalam membangun masa depan anak-anak. Sayangnya, anak-anak marjinal—termasuk yang tinggal di daerah kumuh dan keluarga prasejahtera—sering kali terabaikan dari sistem pendidikan formal yang berkualitas.
Sedangkan anak-anak yang lahir dari keluarga kaya berpeluang jauh lebih besar mendapat pendidikan nonformal. --iStock
Selain itu, minimnya ruang bermain yang aman dan ramah anak mempersempit kesempatan mereka untuk tumbuh secara sehat, aktif, dan bahagia.
BACA JUGA: DAOP 8 PT KAI, KidZania, dan Grand Whiz Hotel Praxis Meriahkan Hari Anak Nasional 2025
“Anak-anak dari kelompok marjinal bukan hanya membutuhkan ruang kelas, tetapi juga ruang bermain yang aman dan inklusif. Pendidikan dan permainan adalah dua aspek penting yang tak terpisahkan dalam proses tumbuh kembang mereka,” ujar Dini Larasati sebagai ketua Pelaksana Hari Anak Nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: