Dewan Kesenian Tanpa Kebaruan

Dewan Kesenian Tanpa Kebaruan

ILUSTRASI Dewan Kesenian Tanpa Kebaruan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Sulit berharap kebaruan jika rotasi ide tak pernah benar-benar terjadi. Regenerasi yang dijanjikan hanya jadi kosmetik struktural. Tokoh muda hadir, tapi sekadar untuk mengisi posisi teknis tanpa ruang gagasan.

Dalam situasi seperti itu, masa depan DKJT pun bisa ditebak. Lima tahun ke depan sangat mungkin akan sama dengan lima tahun yang lalu, masih sibuk menyusun proposal, menggelar event musiman yang begitu-begitu saja, dan mengukur keberhasilan dari tercapainya laporan pertanggungjawaban, bukan dari dampak budaya. 

Padahal, kebutuhan hari ini jauh lebih kompleks. Pemerintah daerah butuh mitra strategis yang mampu menyusun PPKD, memperkuat database maestro dan komunitas, serta mendesain dukungan yang berkelanjutan.

Penolakan terhadap perubahan nama dari ”kesenian” ke ”kebudayaan” adalah simbol resistansi terhadap transformasi. Jika perubahan nomenklatur saja sudah dianggap ancaman, jangan berharap panggung ini akan berubah. 

Yang berganti mungkin hanya backdrop, sedangkan pemain dan naskahnya tetap sama. Bahkan, panggungnya pun bisa jadi makin kosong karena penontonnya makin jenuh dan aktor mudanya memilih keluar untuk membangun ruang baru yang lebih jujur, lebih terbuka, dan lebih sehat bagi masa depan kebudayaan itu sendiri. 

Semoga cepat sembuh. (*)


*) Probo Darono Yakti adalah fungsionaris DKJT 2020–2025 dan ketua BN SETALOKA dan dosen FISIP Unair.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: