Jangan Takut pada One Piece: Rayakan Kreativitas dalam Semangat Kemerdekaan

ILUSTRASI Jangan Takut pada One Piece: Rayakan Kreativitas dalam Semangat Kemerdekaan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
MENJELANG peringatan HUT Ke-80 RI pada 2025, publik dibuat heboh oleh munculnya bendera bergambar tengkorak –simbol Jolly Roger dari serial One Piece. Tak sedikit yang merasa khawatir, bahkan memandang fenomena itu sebagai ancaman.
Sebagai pengamat komunikasi budaya dan politik, penulis justru mengajak kita mengubah perspektif. Jangan cepat takut dan bereaksi defensif terhadap kelompok-kelompok ”nyeleneh” seperti itu.
Bisa jadi, mereka sebenarnya seperti anak-anak muda yang hanya ingin diperhatikan –dengan cara mereka sendiri: unik, kreatif, dan berbeda.
BACA JUGA:One Piece
BACA JUGA:Pemkot Surabaya Bersihkan Bendera dan Simbol One Piece dari Ruang Publik
Jangan buru-buru memberikan makna yang menimbulkan ketakutan, seolah simbol tersebut merupakan ancaman. Sikap seperti itu justru bisa mencerminkan ketidakmampuan memahami cara generasi muda mengekspresikan nasionalisme secara kreatif. Simbol alternatif seperti Jolly Roger bisa menjadi pintu masuk untuk dialog, bukan alasan untuk curiga.
One Piece, lewat kisah Monkey D. Luffy dan kru Topi Jerami, sebenarnya melukiskan semangat kebebasan dan perjuangan untuk mimpi besar. Simbol tengkorak Jolly Roger bukan semata-lambang pemberontakan negatif, melainkan identitas kelompok yang mengejar cita-cita dan kebebasan.
Di balik fantasi itu, ada pesan kuat tentang perjuangan, solidaritas, pembebasan diri dari penindasan, dan tekad untuk mengejar mimpi besar.
BACA JUGA:Mensesneg: Boleh Bendera One Piece, Asal ...
BACA JUGA:Dasco: Pengibaran Bendera One Piece Tak Masalah Selama Tak Digunakan untuk Memecah Belah Bangsa
Dalam konteks peringatan kemerdekaan, kehadiran simbol itu dapat dipahami sebagai bentuk ekspresi alternatif yang merefleksikan kerinduan akan makna kemerdekaan yang lebih hidup dan kontekstual bagi generasi muda.
Mereka ingin memaknai ”merdeka” bukan sekadar mengenakan batik atau memasang bendera secara seremonial, melainkan dengan menciptakan simbol sendiri yang menggugah dan mengundang perhatian.
BUDAYA TANDINGAN: RUANG ALTERNATIF EKSPRESI
Fenomena itu bisa dibaca melalui kacamata budaya tandingan (counter culture), yakni ekspresi budaya yang lahir dari ketidakpuasan terhadap budaya dominan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: