5 Film Bertema Nasionalisme untuk Rayakan Hari Kemerdekaan 17 Agustus

5 Film Bertema Nasionalisme untuk Rayakan Hari Kemerdekaan 17 Agustus

Bendera merah putih, bendera Negara Indonesia-Pinterest-

HARIAN DISWAY - Bulan Agustus selalu jadi momentum istimewa. Peringatan Kemerdekaan Indonesia selalu membuat seluruh negeri meriah dengan perayaan.

Bendera merah putih berkibar di setiap sudut jalan. Lomba tujuhbelasan berlangsung seru di kampung-kampung. Secara tidak langsung, hal-hal tersebut membuat rasa nasionalisme kita tumbuh kembali.

Mau merayakan kemerdekaan tapi mager ikut lomba di kampung? Tidak masalah. Anda bisa melakukannya dengan mengapresiasi film-film karya anak bangsa. Kalau bisa, yang temanya perjuangan atau kebangsaan.

Dari kisah pahlawan yang berkorban jiwa raga, hingga potret rakyat yang setia menjaga martabat bangsa, deretan film Indonesia berikut ini menyimpan banyak cerita penuh semangat kemerdekaan.

BACA JUGA:8 Film Drama Indonesia Tayang Agustus 2025, Mulai Kisah Haru, Inspiratif, dan Menguras Emosi!

BACA JUGA:8 Film Indonesia Tayang Juli 2025 di Bioskop, Dari Agen Rahasia Kocak hingga Cerita Cinta Remaja Penuh Luka

Berikut 5 film bertema nasionalisme yang cocok ditonton untuk menyemarakkan perayaan 17 Agustusan.

1. Soekarno (2013)


Film Soekarno mengajarkan kita tentang bagaimana semangat perjuangan. --blogspot

Film garapan Hanung Bramantyo ini mencoba merangkum perjalanan hidup Sang Proklamator, Soekarno. Dari masa muda hingga detik-detik memproklamasikan kemerdekaan.

Tidak mudah menyatukan kompleksitas sosok Bung Karno dalam durasi film. Namun, Hanung berhasil menghadirkan potret pemimpin yang penuh kharisma, cerdas berorasi, dan memiliki daya pikat luar biasa di mata rakyat maupun lawan politiknya.

Soekarno banyak menyorot sisi manusiawi sang proklamator. Dari perjalanannya sebagai pemuda idealis, hubungan rumit dengan Inggit Garnasih, hingga dinamika politik dengan Jepang dan Belanda.

Setting sejarahnya dikerjakan serius. Mulai dari kostum, tata bahasa, hingga perdebatan politik yang terasa hidup. Ario Bayu sebagai Soekarno menjadi pusat perhatian. Gesturnya, intonasi suaranya, hingga tatapan matanya menghidupkan aura Bung Karno.

BACA JUGA:Rektor Sebut Prabowo Presiden Paling Sering Kunjungi ITB Setelah Soekarno

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (16): Lika-liku Soekarno-Inggit

Ada momen ikonik ketika Soekarno berpidato dengan penuh semangat: "Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!" Kalimat itu menjadi pengingat kekuatan anak muda dalam sejarah bangsa.

Soekarno bukan tanpa kontroversi. Banyak sejarawan mengkritisi detail sejarah yang dianggap terlalu dramatis atau menyimpang. Namun, justru di situlah kekuatannya. Soekarno memicu diskusi, membuat generasi muda tertarik membuka kembali buku sejarah.

Lebih dari sekadar film biopik, Soekarno adalah undangan untuk memahami bahwa kemerdekaan bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan panjang, penuh intrik, dan juga pengorbanan pribadi.

Menontonnya di bulan Agustus memberi ruang bagi kita untuk kembali menghargai arti merdeka, bukan hanya sebagai perayaan, tetapi sebagai amanat.

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (12): Ploso, Jejak Masa Kecil Soekarno

BACA JUGA:Sambut Hari Pahlawan, SMA Cita Hati Surabaya Gelar Veteran Day

2. Merah Putih (2009)


Merah Putih merupakan film laga yang menggambarkan bagaimana perang melawan penjajah harus mengorbankan darah dan jiwa. --socialexpat

Film yang digarap oleh Yadi Sugandi itu menjadi bagian pertama dari trilogi film perjuangan yang mencoba menghidupkan kembali semangat revolusi kemerdekaan Indonesia.

Merah Putih mengisahkan perjalanan sekelompok pemuda dengan latar belakang berbeda-beda yang bersatu melawan penjajah Belanda. Ada Amir, mahasiswa kedokteran yang idealis; Tomas, anak petani sederhana; Dayan, pemuda Batak keras kepala.

Lalu ada Marius, anak pejabat kolonial yang arogan; dan Surono, si jenaka yang selalu membawa tawa. Perbedaan mereka di awal cerita justru menegaskan betapa sulitnya menyatukan bangsa yang beragam.

Namun, tragedi datang saat pasukan Belanda menyerang sekolah militer tempat mereka menempuh pendidikan. Banyak teman mereka gugur. Dari situlah kesadaran tumbuh. Mereka tidak lagi bisa berjalan sendiri-sendiri. Perjuangan harus dilakukan bersama.

BACA JUGA:Mulai Petani Hingga Nelayan, Rakyat Kecil Jadi Tamu Kehormatan HUT RI ke-80 di Istana Merdeka

BACA JUGA:5 Ide Dekorasi Sederhana dan Modern untuk HUT RI ke-80

Film ini dengan gamblang menampilkan dilema manusiawi. Bagaimana anak muda yang tadinya sibuk dengan urusan pribadi dipaksa menghadapi kenyataan pahit bernama perang.

Sinematografi Merah Putih patut diacungi jempol. Adegan baku tembak dan ledakan terasa nyata, bahkan di masanya dianggap salah satu produksi paling serius dalam genre film perang Indonesia.

3. Jenderal Soedirman (2015)


Dalam film Jenderal Soedirman menggambarkan bagaimana perjuangan dirinya melawan penjajah dan penyakitnya. --IMdB

Film yang disutradarai Viva Westi ini mengangkat kisah perjuangan Jenderal Soedirman dalam memimpin perang gerilya melawan Belanda. Dalam kondisi sakit paru-paru akut, Soedirman tetap memimpin pasukan dengan semangat yang tak pernah surut.

BACA JUGA:8 Lagu Nasional Paling Populer dan Lirik Lengkap Edisi Menyambut 17 Agustus

BACA JUGA:Sambut HUT RI, Naik Trans Jatim Tanggal 17-18 Agustus Gratis!

Adipati Dolken yang memerankan Soedirman tampil meyakinkan. Wajah mudanya memberi interpretasi baru, menekankan bahwa Soedirman memang meninggal di usia sangat muda, 34 tahun. Meski begitu, dedikasinya pada bangsa jauh melampaui usia.

Sinematografi film itu menampilkan keindahan hutan-hutan Jawa sebagai latar perang gerilya. Kamera menangkap kerasnya alam sekaligus menjadi saksi bisu perjuangan para pejuang republik.

Pesan utama film ini sederhana namun kuat. Cinta tanah air tak mengenal batas kondisi tubuh. Soedirman dengan tubuh sakit tetap berjuang, mengingatkan kita bahwa kemerdekaan adalah harga yang harus dibayar dengan totalitas.

Menontonnya di bulan Agustus seakan memberi ruang renungan bahwa semangat juang tak boleh padam meski raga lemah.

BACA JUGA:Sejarah Patung Jenderal Soedirman di Kantor Kemenhan Jepang yang Bikin Prabowo Bangga

BACA JUGA:Reaksi Prabowo Melihat Patung Jenderal Soedirman di Kantor Kementerian Pertahanan Jepang

4. Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015)


Lewat film Guru Bangsa Tjokroaminoto kita belajar bagaimana ideologi bisa menggerakan banyak massa. --hotstar

Film besutan Garin Nugroho ini mencoba menggali sisi sejarah yang jarang disorot. Yakni H.O.S. Tjokroaminoto, tokoh pergerakan nasional yang dijuluki "Guru Bangsa".

Guru Bangsa Tjokroaminoto tidak hanya menampilkan Tjokro sebagai pemimpin Sarekat Islam. Tetapi juga sebagai mentor bagi tokoh-tokoh besar. Seperti Soekarno, Semaoen, hingga Kartosuwiryo.

Reza Rahadian yang memerankan Tjokro memberikan nuansa kharismatik yang penuh dilema. Ia harus memimpin organisasi rakyat terbesar di masanya, sambil menghadapi tekanan kolonial. Sekaligus menjaga persatuan dalam tubuh Sarekat Islam.

Film ini memperlihatkan bahwa nasionalisme Indonesia tidak lahir dari ruang kosong. Melainkan dari pertemuan gagasan, perdebatan, bahkan konflik internal.

BACA JUGA:Rumah HOS Tjokroaminoto dan Abadinya Spirit Kebangkitan Nasional

BACA JUGA:Promo Merdeka KAI! Tiket Kereta dari dan ke Yogyakarta & Solo Diskon 20% untuk Perjalanan 17 Agustus

Sinematografi dan tata artistik film ini cukup menonjol. Busana era awal abad ke-20, suasana pasar, hingga pertemuan rahasia gerakan rakyat dibuat detail dan autentik. Garin menghadirkan dialog-dialog filosofis yang membuktikan bahwa gagasan bisa lebih tajam daripada senjata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber