Affan Kurniawan sang Martir

ILUSTRASI Affan Kurniawan sang Martir.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Prabowo Janjikan Jaminan Negara untuk Biaya Hidup Keluarga Affan Kurniawan
Bersamaan dengan itu muncul kendaraan taktis Brimob yang menyeruduknya dari belakang. Affan tersungkur, kendaraan Brimob yang antipeluru itu menggilas tubuh ringkihnya. Affan tewas di rumah sakit.
Nasib orang miskin seperti Affan selalu kurang beruntung. Selalu menjadi the wrong man in the wrong place. Sementara itu, ratusan orang lainnya di gedung DPR RI menikmati privilese, menjadi the right man in the right place. Mereka menjadi orang yang tepat untuk berada di tempat yang tepat, untuk menikmati privilese yang berlebihan.
Affan bekerja keras dari subuh sampai malam hanya untuk mendapatkan puluhan ribu atau ratusan ribu kalau sedang beruntung. Sementara itu, di gedung DPR wakil rakyat bisa mengantongi ratusan juta rupiah setiap bulan. Sebuah ironi yang sangat telanjang.
BACA JUGA:Prabowo Tegaskan Investigasi Transparan dan Jaminan Hidup Keluarga Ojol Affan
BACA JUGA:Prabowo Perintahkan Investigasi Transparan dan Tindakan Tegas atas Insiden Ojol Affan Kurniawan
Ahmad Dani, anggota DPR dari Partai Gerindra, mengatakan bahwa pekerjaan di DPR itu bukan pekerjaan ”nine to five”. Kalau rapat selesai pukul 12 siang, ia masih bisa melakukan konser di sore hari atau malam hari. Entah logika apa yang dipakai Dani.
Ia dibayar penuh dari pajak rakyat. Namun, ia seperti pekerja half-time yang masih punya banyak waktu untuk mengojek cari ceperan.
Bagi seorang Affan, tunjangan perumahan Rp50 juta per bulan –dan penghasilan Rp320 juta sebulan– tidak akan pernah masuk impian dan khayalannya yang paling liar sekalipun.
BACA JUGA:Ribuan Ojol Kawal Jenazah Affan, Hijau-Kuning Memadati TPU Karet Bivak
BACA JUGA:Ketua MUI Sampaikan Duka Mendalam Atas Kematian Affan: Ini Bisa Picu Kemarahan Masyarakat
Di tengah hidup yang makin tercekik karena pajak, pameran absurditas anggota dewan makin menjadi-jadi. Tunjangan perumahan Rp50 juta itu bisa menjadi ”bombshell” yang membuat publik berang dan meledak.
Kemampuan komunikasi politik para wakil rakyat yang pas-pasan membuat situasi makin buruk. Adies Kadir dari Golkar seperti orang linglung. Ia menjelaskan bahwa biasa kos per hari anggota DPR Rp3 juta dikalikan 26 hari kerja, berarti anggota dewan masih harus menombok.
Alih-alih menjernihkan masalah, pernyataan itu malah makin membuat suasana keruh. Biaya kos Rp3 juta per hari pasti tidak masuk di akal seorang Affan. Ia tidak akan bisa membayangkan fasilitas apa yang ada dalam rumah kos semahal itu.
Sufmi Dasco Ahmad mencoba memberikan finising touch untuk menyelesaikan masalah. Katanya, tunjangan perumahan Rp50 juta per bulan itu hanya diberikan selama setahun untuk kebutuhan lima tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: