Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (8): Singa Batu di Jembatan Marco Polo

PRASASTI BUKU di tengah Jembatan Marco Polo. Di situ tertulis sejarah pertempuran di jembatan tersebut.-Doan Widhiandono-
Selepas dari museum, kami beranjak menuju Jembatan Marco Polo. Dalam bahasa Mandarin: Loguo Qiao. Lokasinya tidak jauh dari Wanping Fortress, hanya beberapa menit perjalanan.
JIKA museum penuh dengan foto dan benda yang membekukan, Loguo Qiao menawarkan pemandangan terbuka. Tapi, langit Beijing masih muram sore itu, Rabu, 27 Desember 2025. Hujan cukup deras. Angin seperti berusaha membalik payung yang kami pegang.
Di bawah cuaca itu, para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) menelusuri jembatan.
Jembatan itu dibangun pada 1189. Saat era Dinasti Jin. Lalu diperkuat lagi pada masa Dinasti Ming.
Panjang jembatan sekitar 266 meter, dengan 11 lengkungan utama.
Yang paling menarik adalah 281 patung kilin batu yang berjajar di sepanjang pagar jembatan. Tidak ada dua singa yang sama; setiap patung dibuat dengan ekspresi unik. Ada yang garang, ada yang lucu, ada pula yang tampak seperti sedang tersenyum.
Anda sudah tahu, kilin adalah binatang mitologis dalam budaya Tiongkok. Di Indonesia, biasanya ditampilkan dalam kesenian barongsai.
Nah, legenda lokal mengatakan bahwa jumlah singa itu tidak pernah pasti. Sebab, ada singa-singa kecil juga bersembunyi di punggung atau kaki singa besar. Hingga kini, banyak pengunjung yang menjadikan “menghitung singa” sebagai tradisi kecil ketika melintas.
HARIAN DISWAY ((kiri) diwawancarai Zhao Yanan, jurnalis dari Beijing News, tentang pengalaman di museum dan Jembatan Marco Polo, Rabu, 27 Agustus 2025.-Dokumen Pribadi-
Tapi, di sore yang hujan itu, tak ada pengunjung yang ’’niat banget’’ menghitung kilin di atas sungai Yongding itu.
Kenapa jembatan itu dinamai Marco Polo. Ya, karena Marco Polo, penjelajah Venesia itu menuliskan jembatan tersebut dalam bukunya, Il Milione, pada abad ke-13. Marco Polo menyebutnya sebagai “jembatan paling indah di dunia.” Sejak itu, orang Barat mengenalnya dengan nama Marco Polo Bridge. Meski bagi orang Tiongkok, ia tetap Lugou Qiao.
Namun, keindahan itu berubah pada 7 Juli 1937. Di situlah insiden pecah, ketika pasukan Jepang melakukan manuver militer dan bentrok dengan tentara Tiongkok. Insiden itu membesar menjadi perang berskala penuh, yang kemudian dikenal sebagai Perang Tiongkok–Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: