Menangani dan Unjuk Rasa Empati

BACA JUGA:Prabowo Deteksi Upaya Makar dan Terorisme di Balik Maraknya Penjarahan dan Pembakaran

NIREMPATI SEBAGAI PEMICU

Mencermati aksi demonstrasi masif warga selama ini sebagian besar dipicu oleh nirempati perilaku elite penguasa. Banyak kebijakan pemerintah yang dinilai tidak empati, tidak promasyarakat bawah. Kebijakan dibuat hanya untuk menguntungkan elite. 

Di sisi lain, masyarakat kelas bawah merasakan situasi sebaliknya sehingga perbedaan nasib antara elite dan warga kian lebar. Merebaknya pemberitaan terkait tunjangan anggota DPR dianggap tidak peka keadaan, menjadi kian menguatkan sentimen kegeraman dan kebencian warga. 

Nirempati itulah yang kemudian menjadi pemicu emosi, memantik daya rasa psikologis publik untuk terlibat dalam aksi unjuk rasa. 

BACA JUGA:Presiden Prabowo Temui Ketua-Ketua Parpol di Hambalang, Sepakat Sanksi Anggota DPR dan Cabut Kebijakan Tak Pro Rakyat

BACA JUGA:Pelajar PAUD-SMP di Surabaya Wajib Belajar Daring selama 4 Hari ke Depan

Mencermati muara penyebab itu, aksi demonstrasi massa dengan amarah publik seharusnya didekati dengan strategi komunikasi empati pula. 

Sejalan dengan hal tersebut, penulis berharap agar aparat keamanan dengan segala perangkatnya bisa mengedepankan pendekatan psikologis melalui tindakan humanis dan komunikatif. 

Situasi sosial politik memang kompleks, akan tetapi rasa empati perlu didahulukan sebelum cara represif. 

Sudah banyak contoh yang diperagakan aparat keamanan dalam menerapkan cara persuasi komunikatif ini. Kita rindu pada zaman reformasi, saat para pendemo didekati dengan cara humanis, diberi tanda kasih, pita, bunga, dan lain-lain. 

BACA JUGA:Rupiah Tertekan Gejolak Demo, Tembus Rp16.499 per Dolar AS

BACA JUGA:Rupiah Tertekan Gejolak Demo, Tembus Rp16.499 per Dolar AS

Cara itu terbukti efektif dan begitu juga cara empati lainnya. Jika perlu, diajak dialog, makan bareng, lebih menciptakan kedekatan dan penuh keakraban. 

DEMONSTRASI EKSPRESI CINTA

Sumber: