Dunia Terlalu Cepat untuk Lamine Yamal: 18 Tahun, Masuk Nominasi Ballon d’Or!

Lamine Yamal, bocah berusia 18 tahun yang memiliki mimpi besar dan menjadi tulang punggung Barcelona-Angel Martinez-Getty Images
Jika di klub Yamal sudah menjadi wajah masa depan, di timnas Spanyol statusnya tak jauh berbeda. Luis de la Fuente, pelatih La Roja (sebutan timnas Spanyol) tidak segan menyebutnya sebagai fenomena.
“Dia sangat matang untuk anak 18 tahun, meski tentu masih butuh waktu. Dia cerdas, menyerap ide seperti seorang jenius,” kata De la Fuente.
Selain itu, pujian juga datang dari kapten Real Madrid. Sebuah pernyataan yang datang dari klub rival abadinya itu.
“Dia pasti akan membuat kesalahan, sama seperti kita semua. Namun pada akhirnya, jika dia (Lamine Yamal) tampil baik di lapangan, memberikan segalanya, dan memiliki kualitas yang tak terbantahkan, dia bisa menjadi pemain yang dapat menandai sebuah era baru,” ujar Dani Carvajal.
Pujian itu datang bukan tanpa alasan. Yamal sudah mencatat debut internasional sejak usia 16 tahun, menembus sejarah sebagai salah satu pemain termuda dalam sejarah timnas. Kini, ia akan kembali menjadi senjata utama dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.
BACA JUGA:Portugal vs Spanyol: Ronaldo dan Yamal Saling Puji Jelang Final UEFA Nations League
BACA JUGA:Lamine Yamal: Remaja Ajaib Spanyol yang Mengukir Sejarah di Euro 2024
Kritik dan Tekanan Lamine Yamal
Selebrasi Lamine Yamal (kiri) dan Ferran Torres (kanan) usai berhasil mengalahkan Levante di ujung pertandingan pada pekan kedua Liga Spanyol 2025/2026--@LamineYamal-Instagram
Popularitas selalu membawa dua sisi. Yamal tidak hanya disorot karena aksi di lapangan, tetapi juga karena gaya hidupnya. Pesta ulang tahun, aktivitas di luar lapangan, semuanya menjadi bahan berita.
Namun, wonderkid itu memilih bersikap dingin. “Saya sadar apa pun dalam hidup saya akan dibicarakan orang, sering dilebih-lebihkan. Tapi saya tidak peduli. Saya hanya mendengarkan orang-orang terdekat saya,” ucapnya.
Sikap itu menunjukkan kematangan yang jarang dimiliki pemain seusianya. Ia tidak menyangkal bahwa masih banyak ruang untuk berkembang, terutama soal produktivitas gol.
“Assist datang secara naluri bagi saya. Tapi gol lebih penting. Saya sedang menuntut diri sendiri untuk mencetak lebih banyak,” ucapnya dengan penuh ambisi.
Ada sesuatu yang menular dalam cara Lamine Yamal berbicara. Percaya diri, tapi tidak arogan. Ambisius, tapi juga sadar realita. Ia tahu tanggung jawab besar menantinya: lebih banyak gol, lebih banyak peran, dan lebih banyak kepemimpinan di lapangan.
“Seiring pengalaman, datang juga tanggung jawab. Suatu saat saya akan ambil tendangan bebas, penalti. Saya tidak terburu-buru, tapi saya punya keyakinan untuk itu,” katanya.
Mungkin terlalu dini menyebut Lamine Yamal sebagai legenda masa depan. Namun ketika dunia menoleh pada seorang remaja 18 tahun yang berani bicara tentang Ballon d’Or tanpa sedikit pun gugup, rasanya jelas: mimpi itu tidak mustahil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: Mundo Deportivo