Jatuh Bangun Gudang Garam, dari Penguasa Industri Tembakau hingga Laba Terjun Bebas

PT Gudang Garam Tbk (GGRM)--
Di bawah kepemimpinan generasi kedua, Susilo Wonowidjojo, perusahaan ini terus berkembang dan tidak hanya fokus pada rokok saja, tetapi juga merambah bisnis lain seperti jalan tol, dengan mendirikan PT Surya Kerta Agung.
Selain itu, perusahaan ini juga memiliki anak perusahaan lain, yaitu PT Surya Dhoho Investama (SDHI) yang membangun Bandara Dhoho Kediri, meskipun sampai saat ini masih sepi penerbangan.
Susilo bahkan menjadi langganan dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Pada 2024, tercatat kekayaannya mencapai US$2,9 miliar atau sekitar Rp46 triliun.
BACA JUGA:Bandara Dhoho Kediri Siap Layani Penerbangan Umrah, Bisa 4 Kali Per Bulan
Masa kejayaan Gudang Garam
Selama bertahun-tahun, Gudang Garam dikenal sebagai salah satu perusahaan paling menguntungkan di Burs Efek Indonesia (BEI), dengan laba mencapai triliunan rupiah setiap tahun, serta rutin membagikan dividen besar.meskipun harga sahamnya juga relatif tinggi.
Tepat saat masa kejayaan industri rokok, pada 2019, laba bersih Gudang Garam bahkan mencapai Rp10,8 triliun, dengan harga saham nyaris menyentuh Rp90.000 per lembar.
BACA JUGA:Bandara Dhoho Kediri Sepi, DPRD Jatim Desak Pemprov Turun Tangan
Berdasarkan Laporan Tahunan (Annual Report) perseroan, berikut adalah kinerja laba Gudang Garam selama 10 tahun terakhir:
- Tahun 2016: Rp 6,67 triliun
- Tahun 2017: Rp 7,75 triliun
- Tahun 2018: Rp 7,79 triliun
- Tahun 2019: Rp 10,8 triliun
- Tahun 2020: Rp 7,64 triliun
- Tahun 2021: Rp 5,60 triliun
- Tahun 2022: Rp 2,78 triliun
- Tahun 2023: Rp 5,32 triliun
- Tahun 2024: Rp 980,8 miliar
- Tahun 2025: Rp 117 miliar (semester I)
BACA JUGA:Bandara Dhoho Resmi Beroperasi, Jadi Bandara Pertama yang Dibangun Swasta
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir kinerja keuangan Gudang Garam terus menurun. Penjualan rokok anjlok drastis, terutama karena kenaikan cukai serta maraknya peredaran rokok ilegal yang jauh lebih murah.
Meskipun kerugian perusahaan tidak tercatat, namun laba Gudang Garam ikut terjun bebas. Berdasarkan data, laba Gudang Garam turun 81,57% dari Rp5,32 triliun pada 2023 menjadi Rp980,8 miliar pada 2024.
Penurunan ini berlanjut hingga semester I 2025, di mana labanya hanya mencapai Rp117 miliar. Penurunan kinerja ini juga berimbas pada kekayaan pemiliknya, yang terus terkikis. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: