Demonstrasi Ricuh di Nepal Tewaskan 19 Orang, Ratusan Luka-luka

Aparat keamanan Nepal berjaga di tengah jalan yang dipenuhi puing dan sisa bentrokan usai demonstrasi berdarah yang tewaskan 19 orang.--Reuters
HARIAN DISWAY - Sedikitnya 19 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya luka-luka dalam bentrokan antara aparat keamanan dan ribuan demonstran di Nepal pada Senin 8 September 2025.
Kerusuhan ini dipicu larangan pemerintah terhadap akses media sosial, namun dengan cepat berkembang menjadi protes besar-besaran yang berujung tragedi.
Kericuhan pecah di Kathmandu ketika ribuan pengunjuk rasa, sebagian besar generasi muda, mencoba menerobos kompleks parlemen.
Polisi yang berjaga menembakkan gas air mata, peluru karet, dan tongkat pemukul untuk membubarkan massa. Namun tindakan itu justru memperparah situasi, hingga menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar.
Menurut keterangan pihak berwenang, 19 orang dinyatakan meninggal dunia di dua kota berbeda. Sementara lebih dari 100 orang, termasuk demonstran dan anggota aparat, mengalami luka akibat benturan keras, tembakan, maupun sesak napas karena gas air mata.
Insiden ini menjadi salah satu kerusuhan politik paling mematikan di Nepal dalam beberapa dekade terakhir.
BACA JUGA:Polisi London Tangkap 466 Demonstran Pendukung Aksi Bela Palestina
BACA JUGA:Demo Mahasiswa dan Dokter Muda di Korea Selatan yang Akhirnya Bubar
Protes awalnya dipicu keputusan pemerintah melarang sekitar 26 platform media sosial besar, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, dan X.
Langkah tersebut diambil karena perusahaan teknologi asing dianggap tidak mematuhi aturan pendaftaran baru. Namun larangan itu segera menyulut kemarahan publik, terutama generasi muda yang merasa hak berekspresi mereka dirampas.
Ketegangan meningkat ketika massa menuding pemerintah tidak hanya membatasi kebebasan, tetapi juga gagal memberantas korupsi dan nepotisme. Gelombang protes pun kian meluas, dengan ribuan pelajar dan mahasiswa turun ke jalan.
Tragedi yang menelan korban jiwa membuat pemerintah mundur dari kebijakannya.
Dalam pernyataan resmi, Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Prithvi Subba Gurung mengumumkan pencabutan larangan akses media sosial hanya beberapa jam setelah bentrokan pecah. Jam malam juga diberlakukan di Kathmandu untuk mencegah kekerasan lanjutan.
BACA JUGA:Polisi London Tangkap 466 Demonstran Pendukung Aksi Bela Palestina
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: