Reset Indonesia, Saatnya Pariwasata Bangkit Lebih Kuat

Ilustrasi pariwisata Borobudur-Kemenparekraf-
Keempat, wellness & healing tourism. Pandemi meninggalkan pelajaran bahwa kesehatan mental dan fisik sangat penting. Wisata berbasis healing makin digemari hingga kini seperti yoga di alam terbuka, spa tradisional, hingga wisata desa yang menenangkan jiwa.
Indonesia dengan keindahan alamnya sangat sesuai untuk mengembangkan pasar itu.
STRATEGI BANGKIT LEBIH KUAT
Reset Indonesia melalui pariwisata tentu memerlukan rumusan strategi yang konkret seperti:
Pertama, kolaborasi lintas sektor, di mana pemerintah, swasta, komunitas lokal, dan akademisi saling bekerja sama, bukan berjalan sendiri-sendiri.
Kedua, diversifikasi destinasi tidak hanya mengandalkan Bali. Sebab, Indonesia punya ribuan pulau dan kota dengan potensi luar biasa seperti Malang, Labuan Bajo, Toraja, Danau Toba, Likupang, hingga Wakatobi.
Ketiga, edukasi wisatawan yang tidak hanya menjual destinasi, tetapi juga membentuk perilaku wisatawan yang bertanggung jawab.
Keempat, digitalisasi UMKM melalui pelaku usaha kecil di sektor pariwisata yang perlu diberdayakan agar mampu memanfaatkan platform digital, baik untuk promosi maupun transaksi.
MOMENTUM JANGAN HILANG
Reset Indonesia saat ini bukan hanya jargon. Ini momentum! Dan, momentum itu akan hilang jika kita sekadar istilah ”kembali normal” seperti dulu.
Saatnya pariwisata Indonesia bangkit lebih kuat, ridak sekadar mengejar jumlah kunjungan, tetapi juga menghadirkan pengalaman yang berkualitas, berkelanjutan, dan membanggakan.
Kita memiliki alam yang memesona, budaya yang tiada duanya, dan masyarakat yang ramah. Tinggal bagaimana kita selanjutnya mengemas dengan strategi reset yang tepat.
Mari kita jadikan pariwisata sebagai wajah baru Indonesia yang penuh dengan keramahan, hijau, inklusif, dan mendunia! Sebab, saat pariwisata bangkit, Indonesia pun ikut bangkit! (*)
*) Irra Chrisyanti Dewi adalah akademisi Universitas Ciputra Surabaya.--
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: