Green Library demi Lingkungan Berkelanjutan

INDAH FATMA SILVI (kiri), Rahma Sugihartati, Koko Sri Mulyo, Rizka Pratiwi, dan Agung Budi Kristiawan berfoto dengan simbol tangan “Salam Literasi” pada Kamis, 11 September 2025, di gedung FISIP, Unair.-Humas Unair-
DEPARTEMEN Ilmu Informasi dan Perpustakaan, FISIP, Universitas Airlangga, Kamis, 11 September 2025, menggelar seminar nasional bertajuk Green Vibes, Smart Libs: Green Library pada Sumber Daya Manusia di Perpustakaan Sekolah.
Seminar itu diinisiasi Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan, FISIP, Universitas Airlangga.
Di acara seminar nasional yang digelar di Ruang Soetandyo Wignjosoebroto, Lantai 3 FISIP, Universitas Airlangga, tersebut, ada dua narasumber yang diundang.
BACA JUGA:4 Rekomendasi Library Cafe di Surabaya, Tawarkan Pengalaman Baca yang Berbeda
Pertama, Prof Dr Koko Srimulyo, guru besar manajamen perpustakaan sekaligus wakil rektor bidang ekosistem entrepreneurial dan pengembangan bisnis. Kedua, Rizka Pratiwi, S.IIP, juara III Pustakawan Berprestasi Nasional 2020.
Sementara itu, yang bertindak sebagai keynote speaker adalah Prof Dr Rahma Sugihartati, guru besar bidang sains informasi sekaligus kepala Perpustakaan Universitas Airlangga.
Seminar dihadiri sekitar 200 tamu undangan yang sebagian besar adalah para pustakawan sekolah dan mahasiswa ilmu informasi dan perpustakaan. Seminar berlangsung lancar dan dipenuhi hasrat ingin tahu dari para peserta.
GREEN LIBRARY
Bagi para peserta seminar, konsep green library harus diakui masih relatif baru. Peserta seminar yang mayoritas terdiri atas pustakawan perpustakaan perguruan tinggi dan sekolah belum banyak yang memahami dan mengimpelentasikan konsep green library.
Padahal, dalam paparannya sebagai keynote speaker, Rahma Sugihartati menyatakan dalam tiga-empat dekade terakhir, kepedulian masyarakat dan negara tentang arti penting isu kelestarian makin kuat karena adanya kesadaran tentang apa yang bisa kita wariskan untuk generasi mendatang di tengah kondisi eksplorasi sumber daya alam dan eksploitasi lingkungan yang makin luas?
Pertanyaan itu tidak hanya dilontarkan kepada pihak swasta atau kalangan industriawan, tetapi juga kepada lembaga-lembaga nirlaba seperti perpustakaan yang diharapkan juga peduli pada isu kelestarian lingkungan.
Membangun green library tidak sekadar mengecat gedung-gedung perpustakaan dengan warna hijau atau sekadar menanam banyak bunga atau tanaman hias yang sedap dipandang serta pepohonan yang rindang.
Membangun perpustakaan hijau adalah mengupayakan perpustakaan ramah lingkungan yang tentu saja mendukung pewarisan kekayaan alam dan lingkungan saat ini dan kepada generasi penerus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: