Pembunuhan Pria di Cilincing Diungkap Polisi: Mati karena Berebut Cewek

Pembunuhan Pria di Cilincing Diungkap Polisi: Mati karena Berebut Cewek

ILUSTRASI Pembunuhan Pria di Cilincing Diungkap Polisi: Mati karena Berebut Cewek.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

John Maynard Smith dalam bukunya, Evolution and the Theory of Games (Cambridge University Press, 1982), mengungkap hasil riset binatang mamalia. Jantan duel melawan jantan berebut betina untuk dikawini adalah lazim.

Smith (1920–2004) ahli biologi evolusi Inggris yang sangat berpengaruh. Ia terkenal karena menerapkan model matematika, disebutnya the game of theory pada bidang biologi. Ia memperkenalkan konsep evolutionary stable strategy (ESS).

Disebutkan, duel antar-dua mamalia jantan adalah seleksi seksual. Kajian itu dimulai dengan pengamatan Charles Darwin mengenai seleksi seksual. Dalam teori Darwin, seleksi seksual pada mamalia sama dengan pada manusia. Teori Smith sama dengan Darwin.

Kompetisi jantan dengan jantan bermotif pilihan pasangan kawin. Itu membentuk perkembangan fenotipe masa depan dalam populasi untuk spesies tertentu. Itu menyangkut perkembangbiakan hewan. Tanpa gairah bertarung berebut kawin, niscaya hewan bakal punah. Bagi manusia, kadang jodoh datang sendiri.

Hasil riset di buku itu dilakukan pada anjing laut gajah selatan di Pulau Macquarie. Lokasi pulau ini di Samudra Pasifik bagian barat daya. Di tengah-tengah antara Selandia Baru dan Antartika.

Anjing laut gajah adalah karnivora besar yang hidup di laut. Bobot jantan berkisar 2,2 sampai 4 ton. Bobot betina jauh lebih ringan, berkisar 400 hingga 900 kilogram. Panjang jantan 4,2 hingga 5 meter. Panjang betina 2,6 hingga 3 meter.

Bayangkan, hewan sebesar itu duel di laut. Pasti sangat seru.

Diungkapkan, dua jantan biasa bertarung untuk mendominasi harem betina. Disebut harem karena betinanya tidak cuma seekor, tapi berekor-ekor. 

Perilaku agonistik mereka memunculkan hierarki dominasi, dengan akses ke harem dan aktivitas perkembangbiakan ditentukan oleh peringkat si jantan (dalam berduel). 

Perilaku agonistik adalah interaksi sosial apa pun yang melibatkan perilaku mengancam, agresi, perkelahian, atau penyerahan diri yang bertujuan mengurangi atau menghindari kerusakan fisik karena persaingan untuk mendapatkan sumber daya kawin.

Dua jantan yang bertarung memanfaatkan berat badan dan taring untuk saling menggigit. Hasilnya jarang berakibat fatal. Jantan yang kira-kira merasa kalah akan melarikan diri. Ia cuma terluka. Bisa parah, bisa juga kemudian mati. Tapi, tidak mati langsung di TKP duel.

Jantan ”penguasa harem” membangun harem yang terdiri atas beberapa lusin betina. Berarti, jantan spesies itu tidak puas dengan satu betina saja. Bisa sampai 100 betina.

Sebaliknya, jantan yang kalah duel tidak memiliki harem. Namun, ia akan tetap berjuang. Secara hewaniah, ia tidak bakal menyerah. Sebab, kalau menyerah, ya tidak bakalan pernah kawin, sampai mati.

Caranya, jantan yang kalah duel akan mengincar betina yang terpisah dari kelompok harem. Dan, tentu saja, ketika jantan pemilik harem sedang meleng. Saat itulah jantan pecundang ini kawin. Tidak terjelaskan, mengapa betina itu mau nyeleweng dari jantan pemenang duel. 

Jantan dominan harus tinggal di wilayahnya untuk mempertahankan harem. Lokasi wilayah harem di daratan. Jantan dominan bisa berbulan-bulan tanpa makan, hidup dari simpanan lemaknya demi mempertahankan harem di daratan. Jika sangat lapar, barulah ia mencari makan, kemudian balik ke wilayah harem semula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: