Rahayu Saraswati dan Adab Berani Bertanggung Jawab

Rahayu Saraswati dan Adab Berani Bertanggung Jawab

ILUSTRASI Rahayu Saraswati dan Adab Berani Bertanggung Jawab.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

POLITIKUS dari Fraksi Gerindra yang duduk di Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati memilih mundur dari jabatannya. Dia mundur karena merasa memiliki tanggung jawab moral terhadap kata-katanya dalam sebuah siniar yang dinilai melukai hati banyak pihak serta menimbulkan kontroversi. Terutama bagi generasi muda di Indonesia.

Keputusan itu disampaikan Rahayu Saraswati melalui unggahan video di media sosialnya. Alasan mundurnya disampaikan dengan gamblang akibat ucapan yang menimbulkan kritik dari warganet bulan Agustus lalu. Kritik itu datang setelah dia mengatakan bahwa pola pikir anak muda yang mengharapkan lowongan pekerjaan dari pemerintah sama dengan era penjajahan kolonial.

Rahayu Saraswati pun mengakui pernyataan itu menyinggung dan melukai hati masyarakat. Meskipun, dia sendiri tidak memiliki maksud untuk melukai hati masyarakat melalui ucapannya dalam sebuah siniar tersebut yang disiarkan media nasional.

BACA JUGA:Rahayu Saraswati Bela Rudy Soik, Bakal Lapor ke Prabowo

BACA JUGA:Jejak Rahayu Saraswati, Keponakan Prabowo yang Mundur dari DPR RI

Langkah yang diambil keponakan Presiden Prabowo Subianto itu ibarat oasis di padang pasir. Dia mundur bukan karena terkena masalah hukum. Dia mundur sebagai pejabat publik karena kesalahan moral atas kata-katanya yang menimbulkan keresahan di masyarakat.

Bandingkan dengan beberapa anggota DPR RI yang sebelumnya berkata dan bersikap kontroversial sehingga menimbulkan kemarahan masyarakat. Alih-alih sadar diri mundur dari jabatannya, mereka memilih mengikuti garis partai politik masing-masing: dinonaktifkan.

Partai Nasdem menonaktifkan kadernya sebagai anggota dewan, yaitu Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni dan anggota Komisi IX DPR Nafa Urbach. Partai Amanat Nasional (PAN) mengambil langkah sama dengan menonaktifkan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI yang juga Sekjen PAN Eko Patrio dan anggota Komisi IX DPR RI Surya Utama (Uya Kuya).

Partai Golkar juga mengambil sikap senada terhadap Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir. Posisinya sebagai anggota dewan dinonaktifkan buntut pernyataan soal tunjangan DPR RI yang telah menyinggung dan menyakiti hati masyarakat.

Sikap yang dipilih Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio, Uya Kuya, serta Adies Kadir mencerminkan salah satu ciri manusia Indonesia-nya Mochtar Lubis, yakni segan dan enggan bertanggung jawab. Dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 6 April 1977, Mochtar Lubis mengemukakan sifat-sifat manusia Indonesia.

Pidato itu kemudian dibukukan dengan judul Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban (1978) dengan tebal sekitar 135 halaman yang disertai juga dengan berbagai tanggapan mengenai pidatonya tersebut. Penulis novel Harimau! Harimau! itu mengemukakan sifat-sifat manusia Indonesia. 

Menurut Mochtar Lubis, orang Indonesia itu (1) hipokrit atau munafik, (2) segan dan enggan bertanggung jawab, (3) berjiwa feodal, (4) percaya pada takhayul, (5) artistik, dan (6) berwatak/karakter lemah.

Mochtar Lubis menyebut segan dan enggan bertanggung jawab sebagai ciri kedua utama manusia Indonesia. Manusia seperti itu segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya. Ia lebih memilih untuk menggeser tanggung jawab kepada sesuatu atau seseorang di luar dirinya.

ADAB YANG PERLU DITIRU

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: