Sidoarjo dan Panggilan untuk Merawat Ingatan: Belajar dari Tilik Mburi

ILUSTRASI Sidoarjo dan Panggilan untuk Merawat Ingatan: Belajar dari Tilik Mburi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
APA suara dari sejarah yang nyaris terlupakan? Mungkin ia adalah keheningan. Di Sidoarjo, suara itu adalah desau angin yang menyusup di antara kerangka-kerangka besi raksasa dan dinding-dinding bata yang mulai letih. Ia adalah gema kosong di dalam aula produksi pabrik gula yang pernah menggetarkan tanah.
Namun, sekelompok anak muda percaya bahwa di dalam keheningan itu, masih ada cerita yang menunggu untuk didengarkan. Mereka menamakan gerakan mereka ”Tilik Mburi”, sebuah upaya untuk menajamkan telinga pada bisikan masa lalu.
Gerakan itu berpusat pada keresahan seorang pemuda bernama Radhitya Probo R.N. alias Ditto. Ia tidak hanya melihat bangunan-bangunan tua sebagai aset terbengkalai, tetapi juga sebagai lembaran-lembaran buku sejarah kotanya yang robek dan tercecer.
BACA JUGA:Transformasi Sidoarjo
BACA JUGA:Pajak Sidoarjo Pulih Lebih Cepat
Ia merasakan ada sebuah jurang –sebuah amnesia kultural– yang memisahkan generasinya dari akar yang membuatnya tumbuh. Kegelisahan personal itulah yang menjadi percikan api lahirnya komunitas Sidoalce dan program utamanya, Tilik Mburi.
Mereka tidak asal pilih nama. Tilik mburi adalah sebuah konsep dalam tradisi Jawa yang mengajak kita untuk berkaca pada masa lalu. Tujuannya positif: tidak untuk menyesali yang sudah lewat, tetapi untuk belajar dan menjadi lebih bijak.
Intinya, mereka percaya kalau mau punya masa depan yang kuat, kita harus jujur dan paham betul dengan siapa diri kita dan dari mana kita berasal. Tur napak tilas yang mereka jalani itu adalah cara mereka mempraktikkan filosofi keren tersebut.
BACA JUGA:Kutukan Politik di Sidoarjo
BACA JUGA:Menghidupkan Sidoarjo
Maka, setiap akhir pekan, sebuah ritual unik pun dimulai. Para peserta diajak untuk melupakan sejenak citra modern Sidoarjo dan melangkah masuk ke dalam sebuah kapsul waktu.
Berjalan kaki di kompleks Pabrik Gula Candi atau Toelangan bersama Tilik Mburi adalah sebuah pengalaman sensorik. Mata terpukau oleh skala mesin-mesin purba yang gigantik, sementara imajinasi diajak menari di bawah sorot cahaya matahari yang menerobos masuk dari atap-atap tinggi, membayangkan betapa hiruk pikuknya tempat itu seabad yang lalu.
Akan tetapi, pesona sesungguhnya dari perjalanan tersebut bukanlah pada bata dan besinya. Bangunan-bangunan itu hanyalah panggungnya. Keajaiban yang sebenarnya terjadi ketika para pemandu Tilik Mburi mulai bertutur.
BACA JUGA:Mimpi Bupati Sidoarjo Subandi untuk Daerahnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: