Sidoarjo dan Panggilan untuk Merawat Ingatan: Belajar dari Tilik Mburi

Sidoarjo dan Panggilan untuk Merawat Ingatan: Belajar dari Tilik Mburi

ILUSTRASI Sidoarjo dan Panggilan untuk Merawat Ingatan: Belajar dari Tilik Mburi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Di tanah Jawa Timur, pijakan mereka menjadi makin kokoh karena sejalan dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2022 tentang Pelestarian Cagar Budaya. Aturan itu seakan menjadi payung yang menaungi dan memberikan legitimasi pada semangat yang sudah menyala di tengah masyarakat.

Kolaborasi tak tertulis antara semangat warga dan kerangka hukum itulah yang melahirkan kekuatan sejati. Tilik Mburi menunjukkan bagaimana DNA kultural sebuah tempat dapat dirawat dan diwariskan secara efektif ketika semua pihak, baik pemerintah maupun warganya, bergerak dalam harmoni.

Langkah mereka pun tidak soliter. Komunitas Sidoalce telah berkembang menjadi titik hubung yang mempertemukan individu-individu dengan semangat serupa. 

Jaringan itu diperluas dengan menggandeng berbagai pihak, mulai kalangan peneliti di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) sampai para pegiat digital seperti Google Local Guides, untuk bersama-sama membentuk aliansi penjaga ingatan kolektif.

Tilik Mburi menawarkan sebuah pelajaran penting: bagaimana kita semestinya memaknai sejarah. Melalui gerakan mereka, sejarah tidak lagi diperlakukan sebagai dokumen kaku yang tersimpan di lemari arsip. Sebaliknya, sejarah diposisikan sebagai sebuah percakapan yang hidup antara masa lalu dan generasi sekarang. 

Di Sidoarjo, komunitas itulah yang berhasil membuka kembali ruang percakapan tersebut, memastikan kisah-kisah para raksasa industri gula berikut tokoh-tokohnya tidak lekang oleh waktu dan terus bergema bagi generasi penerus. (*)

*) Achmad Muzakky Cholily adalah aktivis budaya, fungsionaris Dewan Kesenian Jawa Timur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: