Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (33): Warisan Budaya dengan Bau Kaus Kaki

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (33): Warisan Budaya dengan Bau Kaus Kaki

MANGKUK RAKSASA yang menjadi salah satu ikon di tengah pabrik lousifen No. Wang, Liuzhou, Guangxi.-Doan Widhiandono-

Harian Disway pernah menulis tentang luosifen pada 10 Agustus 2025. Sepekan sebelum saya terbang ke Tiongkok. Luosifen adalah mi lezat khas Liuzhou, Wilayah Otonomi Khusus Guangxi, yang kini mendunia. Tapi, katanya, baunya seperti bau kaus kaki bekas pakai. Kecut-kecut begitulah. Karena itu, menjajalnya secara langsung menjadi pengalaman sangat berkesan bagi saya.

PAGI itu, Kamis, 18 September 2025, kami bertanya tentang luosifen kepada salah seorang pendamping rombongan. Ia masih muda. Asli Beijing. Apakah ia suka luosifen? Jawabannya lugas: baunya seperti tahi!

Kami, para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC), tertawa bareng. Tapi, rasa penasaran makin kuat.

Apalagi, bau itulah yang menyambut kami di No. Wang Food Technology, pabrik mi luosifen merek No. Wang yang sangat terkenal.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (32): Hangat Tehnya, Hangat Sambutannya

BACA JUGA:Dari Peluncuran Buku Kisah-Kisah Menyentuh Shanghai Cooperation Organization (1): Tantangan Jadi Pencerita yang Jujur

Ya, banyak media menulis bahwa luosifen beraroma seperti kaus kaki bekas. Tajam. Menusuk. Membuat orang spontan menjauh.

Tetapi begitu kuahnya disentuh lidah, efeknya terbalik: hangat, kaya rasa, dan membuat siapa saja ingin kembali menyeruput.

Itulah paradoks luosifen, mi beras dengan kuah siput sungai khas Liuzhou, Guangxi. Sebuah hidangan yang lahir dari keterbatasan. Namun menemukan jalannya menjadi simbol budaya.

Jejak kuliner itu tidak lahir semalam. Harian Disway pernah menulis pada 10 Agustus 2025 bahwa asal-usul luosifen bermula dari pekerja pabrik di Liuzhou pada dekade 1970-an. Mereka memanfaatkan apa yang tersedia: mi beras, rebung fermentasi, kulit tahu, kacang tanah, dan kuah siput sungai.


HARIAN DISWAY diwawancarai media lokal Guangxi mengenai kunjungan ke pabrik lousifen No. Wang.-Dokumen Pribadi-

Kombinasi sederhana itu menjadi penyelamat tenaga. Dan pada akhirnya menjadi cita rasa yang melegenda.

Namun, jejak luosifen jauh lebih tua dari itu. Di sekitar Liuzhou ditemukan gundukan cangkang siput berusia 26 ribu tahun. Bukti arkeologis itu menunjukkan bahwa manusia purba di kawasan tersebut telah lama menjadikan siput sungai sebagai sumber pangan.

Dengan kata lain, kuliner yang mengglobal itu berakar dari warisan panjang interaksi manusia dengan alamnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: