Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (33): Warisan Budaya dengan Bau Kaus Kaki

MANGKUK RAKSASA yang menjadi salah satu ikon di tengah pabrik lousifen No. Wang, Liuzhou, Guangxi.-Doan Widhiandono-
Ragam etnis Guangxi juga memberi warna tersendiri. Mi beras dari tepung padi menegaskan pengaruh budaya Zhuang yang bertani padi. Ada campuran tradisi tepung gandum orang Han di utara.
Kuah asamnya bersumber dari rebung fermentasi, kacang asin, dan ikan yang diasamkan. Itu terkait erat dengan warisan kuliner kelompok Yao, Miao, dan Dong. Bisa dibilang, setiap sendok kuah luosifen sesungguhnya memuat persilangan budaya lintas etnis.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
BACA JUGA:Para Penerima Beasiswa ITCC ke Tiongkok (3): Sempat Tolak Kuliah di Taiwan
Transformasi dari jajanan jalanan ke ikon budaya terjadi ketika pemerintah Tiongkok memberi pengakuan formal. Pada 2018, luosifen ditetapkan sebagai produk dengan indikasi geografis nasional.
Tiga tahun kemudian, 2021, ia masuk daftar warisan budaya tak benda Tiongkok. Dengan status tersebut, luosifen tidak lagi sekadar sajian kaki lima. Ia adalah aset budaya yang layak dijaga dan dipromosikan.
Pengakuan itu merupakan simbol bagaimana makanan rakyat bisa bertransformasi menjadi bagian dari kebanggaan nasional. Luosifen tidak lagi dipandang sekadar mi dengan aroma menyengat. Ia adalah jejak tradisi yang sah untuk diakui sejajar dengan kuliner ikonik lain di dunia.
Ciri khas luosifen memang sulit ditandingi. Aromanya begitu kuat hingga sering membuat orang mundur sebelum mencoba.
HARIAN DISWAY saat kunjungan ke pabrik lousifen No. Wang, Liuzhpu, Guangxi.-Dokumen Pribadi-
Tetapi setelah suapan pertama, rasanya yang kompleks mengikat: perpaduan asam, pedas, gurih, dan sedikit getir. Rebung fermentasi memberi sensasi segar dengan tekstur renyah. Apalagi ditambah kacang tanah. Kulit tahu goreng menyerap kuah, sementara mi beras tetap kenyal hingga akhir.
Itulah mengapa meski disebut mi “beraroma kaus kaki”, banyak yang akhirnya jatuh cinta.
Di Liuzhou sendiri, luosifen telah lama menjadi bagian dari identitas kota. Mudah sekali ditemukan di warung-warung kecil. Luosifen menyambut orang yang pulang kerja, mahasiswa belajar malam, atau keluarga menikmati akhir pekan.
Dan memang, kekuatan sebuah kuliner seringkali lahir dari konsistensi. Luosifen tidak berubah mengikuti pasar. Justru pasar yang akhirnya datang mendekat. Dari kebiasaan buruh pabrik, dari persilangan etnis di Guangxi, hingga pengakuan formal sebagai warisan budaya, perjalanan luosifen adalah perjalanan kesabaran tradisi.
Kini, semangkuk mi beraroma tajam itu menjadi simbol kontinuitas budaya. Bau menyengatnya tidak pernah dihapus. Justru itulah yang membuatnya menonjol di tengah dunia kuliner yang cenderung mencari rasa seragam.
Waktu pula yang akhirnya membuktikan bahwa luosifen tidak hanya bertahan sebagai warisan budaya. Mi beras itu melonjak menjadi komoditas global bernilai miliaran yuan. Dimensi ekonominya tak kalah menarik… (*/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: