Tantangan Dunia Perbukuan dan Budaya Baca Masyarakat

Tantangan Dunia Perbukuan dan Budaya Baca Masyarakat

ILUSTRASI Tantangan Dunia Perbukuan dan Budaya Baca Masyarakat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

DUNIA PENERBITAN di Indonesia menghadapi tantangan berat dari waktu ke waktu. Hal itu tidak bisa dipisahkan dengan kondisi budaya baca masyarakat dan perkembangan teknologi informasi yang sangat masif. 

Dua hal tersebut untuk beberapa hal bisa saling mendukung, tetapi untuk hal tertentu malah justru sebaliknya. Perkembangan teknologi informasi yang menyasar hal-hal privat telah mengubah secara drastis budaya membaca masyarakat Indonesia. 

Budaya membaca masyarakat Indonesia secara umum tidak mengalami perubahan secara drastis dari waktu ke waktu. Hal itu cukup mengherankan karena jumlah orang yang menempuh pendidikan formal mengalami kenaikan signifikan. 

Data yang dihimpun laman Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id) memperlihatkan perkembangan jumlah siswa SMA yang cukup signifikan. 

Tahun 2022 jumlah siswa SMA negeri dan swasta di Indonesia berjumlah 5.168.575 orang, naik menjadi 5.310.433 orang pada 2023, dan naik lagi menjadi 5.400.167 orang pada 2024. 

Dengan mengacu kepada pertambahan penduduk yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, jumlah siswa SD, SMP, serta mahasiswa perguruan tinggi hampir pasti juga mengalami peningkatan. 

Sayang, peningkatan jumlah masyarakat yang terserap di dunia pendidikan ternyata tidak berbanding lurus dengan dunia perbukuan. Berdasar data yang dihimpun GoodStats (https://data.goodstats.id/), jumlah International Standard Book Number (ISBN) di Indonesia ternyata mengalami penurunan cukup drastis sejak 2021.

ISBN merupkan nomor identitas buku yang dirilis penerbitan secara umum. Tahun 2021 jumlah ISBN yng diterbitkan mencapai 159.328, turun menjadi 107.856 pada 2022, naik sedikit menjadi 108.218 pada 2023, dan anjlok hanya menjadi 70.582 pada 2024. 

BACA JUGA:Sekda Gresik Buka Festival Literasi untuk Bangkitkan Minat Baca, Kejar Target 4 Buku Dibaca 1 Orang

BACA JUGA:BRI Peduli Gelar Program Literasi Anak Negeri di Lombok, Bangun Minat Baca Sejak Dini

Anjloknya jumlah ISBN yang diterbitkan menjadi sinyal mengenai suramnya dunia penerbitan kita. Buku tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang menarik, baik bagi penulis buku maupun pembaca.

Para penulis mungkin mengalami kejenuhan untuk menulis buku karena menghadapi kenyataan bahwa orang yang akan membaca karyanya sangat sedikit. Banyak pihak menyatakan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia cukup rendah. 

Beberapa tahun yang lalu bahkan UNESCO menyatakan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, dari seribu orang, hanya satu yang rajin membaca. Kondisi tersebut tentu saja sangat memprihatinkan. 

BACA JUGA:Minat Baca di Tengah Revolusi Teknologi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: