Minat Baca di Tengah Revolusi Teknologi

Minat Baca di Tengah Revolusi Teknologi

ILUSTRASI Minat Baca di Tengah Revolusi Teknologi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BUDAYA membaca Indonesia telah menghadapi banyak masalah dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan UNESCO (2012), minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Dominasi media digital adalah komponen utama yang mengakibatkan penurunan minat baca

Banyak orang lebih suka membaca teks panjang pada konten visual yang lebih menarik dan instan seperti video pendek di media sosial. 

Selain itu, budaya membaca pada buku digital maupun nondigital yang kurang ditanamkan kepada anak-anak memperparah keadaan itu. Literasi sejak usia dini kurang diterapkan di sekolah. 

BACA JUGA:Ini Nih Tip Fery Farhati untuk Pemerintah dalam Mendorong Minat Baca Anak

BACA JUGA:Tumbuhkan Minat Baca pada Anak Sekolah, Ini Rencana Anies Baswedan

Sebagai contoh, ketika Nadiem Makarim menjabat menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi, kurikulum secara resmi memasukkan pengenalan karya sastra kepada siswa baru. 

Sebagai bagian dari pelaksanaan Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek meluncurkan program Sastra Masuk Kurikulum pada Mei 2024. Dengan mendorong guru untuk menggunakan karya sastra yang telah dikurasi sebagai bahan ajar untuk berbagai mata pelajaran, bukan hanya bahasa Indonesia. Program itu bertujuan meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi peserta didik.

Perubahan cara masyarakat menggunakan informasi juga dikaitkan dengan peningkatan minat baca itu. Data yang dikumpulkan We Are Social (2023) menunjukkan bahwa orang Indonesia menghabiskan lebih dari tiga jam setiap hari untuk mengakses media sosial. 

BACA JUGA:Gugah Minat Baca Anak

BACA JUGA:Kembali ke Buku Fisik: Tren Membaca di Era Digital

Sementara itu, waktu yang dihabiskan untuk membaca buku jauh lebih sedikit. Selain itu, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), hanya sekitar 22,54 persen orang Indonesia yang membaca buku secara teratur.

Faktor ekonomi juga berperan dalam penurunan minat baca. Masyarakat lebih memilih media digital yang lebih mudah diakses dan murah karena biaya buku yang tinggi dan ketersediaan perpustakaan yang terbatas di beberapa wilayah. 

Sementara itu, penelitian World Bank (2022) menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat literasi tinggi memiliki ekonomi yang lebih kuat.

BACA JUGA:Buku yang Wajib Dibaca di 2025: Pilihan Fiksi dan Non-Fiksi untuk Memperkaya Diri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: