Dewanti Rumpoko Minta Operator Penyedia MBG Kota Batu Dievaluasi Buntut Makanan Basi

DEWANTI RUMPOKO dorong pemeriksaan terhadap operator penyedia MBG di Kota Batu yang akibatkan belasan siswa muntah-muntah karena makanannya basi.--PDIP Jatim
HARIAN DISWAY – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Batu juga bermasalah. Baru seminggu berjalan, MBG membuat belasan siswa di dua sekolah muntah-muntah karena menyantap makanan basi. Saat ini, distribusi MBG di dua sekolah tersebut dihentikan.
Anggota DPRD Jawa Timur (Jatim) Dewanti Rumpoko mendorong evaluasi terhadap operator penyedia MBG yang bermasalah tersebut. “Apakah SOP yang dilakukan sudah baik atau belum,” ungkap mantan wali kota Batu tersebut pada Minggu, 28 September 2025.
Politikus PDIP itu menegaskan bahwa kasus di dua sekolah itu harus mendapatkan perhatian serius. Khususnya, dari para stakeholder terkait. Kasus tersebut harus diusut secara tuntas agar menjadi pelajaran bagi siapa pun yang bekerja di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
BACA JUGA:Peduli Lingkungan, Dewanti Rumpoko Ajak Pilah Sampah di Rumah
BACA JUGA:Tol Malang-Kepanjen Masuk PSN, Dewanti Rumpoko: Jadi Motor Pertumbuhan Malang Selatan
“Tracing mata rantainya dari awal sampai akhirnya diterima oleh siswa. Siapa yang bertanggung jawab. Jangan terulang lagi hal seperti ini, khususnya di Kota Batu,” katanya.
Dewanti menambahkan bahwa menu MBG tidak boleh dikerjakan sembarangan, apalagi sampai menyajikan makanan basi kepada para siswa. Keracunan makanan bisa berdampak fatal bagi para siswa. “Ini tak boleh terjadi di Malang Raya, termasuk di Kota Batu,” tegasnya.
Dua sekolah yang menghentikan MBG sementara adalah SMAN 1 Kota Batu dan SMPN 1 Kota Batu. Pihak sekolah mengambil langkah tegas demi keselamatan para siswa. Mereka tidak ingin kasus keracunan di sejumlah daerah juga terjadi di sekolah mereka.
BACA JUGA:Prabowo Panggil Kepala BGN, Berikan 4 Instruksi Atasi Keracunan MBG
BACA JUGA:Pemerintah Wajibkan Semua Dapur MBG Punya Sertifikan Higienis dalam Waktu 1 Bulan
Penghentian program MBG di dua sekolah favorit tersebut menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana mungkin program dengan alokasi anggaran sebesar itu bisa kecolongan pada aspek paling mendasar, kualitas dan keamanan makanan? (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: