Mahasiswa Internasional Pamerkan Kain Adat Tais dan Filipiniana dalam Gelaran Panggung ICF 2025

Mahasiswa Internasional Pamerkan Kain Adat Tais dan Filipiniana dalam Gelaran Panggung ICF 2025

Sesi Cultural Parade and Fashion Show dalam acara International Cultural Festival (ICF) 2025 di Graha sawunggaling UNESA yang menunjukkan ragam budaya dari 15 negara pada Jumat, 3 Oktober 2025.--

Meski begitu, ketidaksempurnaan inilah yang menjadi nilai budaya penting Tais. Kerja keras, ketelitian, dan seni tenun pembuatnya menjadi nilai yang menjadikan Tais makin autentik.

Tak hanya tekstur, Tais juga menjadi penanda status sosial. Misalnya pola Tais untuk laki-laki dan wanita berbeda. Untuk laki-laki, warnanya akan lebih beragam sedangkan Tais wanita memiliki pola yang lebih sederhana.

Tais milik Frederyco adalah Tais yang digunakan oleh laki-laki muda yang belum menikah. Tais Mane Ki’ik namanya. Kain tenun tersebut  memiliki motif yang lebih sederhana dan ukuran yang lebih kecil daripada Tais yang biasa digunakan laki-laki yang berstatus lebih tua.

“Tais saja tidak cukup, kita juga harus pakai aksesoris pelengkapnya,” tambahnya.

Kemudian, ia menunjukkan sebuah perhiasan mirip dengan kalung. Piringan bundar berwarna emas itu digantung menggunakan tali berwarna merah. Belak juga digunakan oleh orang tertentu, seperti konglomerat.

Tetapi, ia juga menjelaskan bahwa di masa ini Belak tidak hanya dapat digunakan oleh konglomerat saja, tetapi rakyat biasa dapat mengenakannya dalam acara tertentu.

“Tidak, tidak. Karena ini sudah biasa (digunakan,Red), kita harus pakai sebagai pelengkap,” jelas Frederyco.

Berjejeran dengan Belak, pria asal Timor Leste tersebut pun turut menunjukkan kalung lainnya yang ia gunakan. Untaian manik-manik hijau bernama Morten menjuntai berseberangan dengan Belak. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perempuan dapat menggunakan Morten juga tetapi tidak dengan Belak.

“Kalau ini (Morten), perempuan boleh pakai. Tidak dengan Belak,” tambahnya.

Selain mahasiswa yang berasal dari Timor Leste, seorang mahasiswi asal Filipina juga dengan antusias menjelaskan pakaian adat yang digunakannya.

“Ini namanya Filipiniana,” ujar wanita bernama Dianoray Decampong H. Omar.

BACA JUGA:Wisma Jerman Gelar Oktoberfest ke-10 di Surabaya, Rayakan Persatuan Jerman dan Budaya Bavaria

BACA JUGA:Rembugan Buku Ludruk UNESA, Lestarikan Budaya Jawa lewat Karya Sindhunata


Mahasiswa internasional asal Filipina yang tampil menawan dengan gaun Filipiniana dalam acara International Cultural Festival (ICF) 2025 dalam sesi Fashion Show--

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: