Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (106): Meja Panjang Suku Hani
MEJA PANJANG, salah satu tradisi khas suku Hani di Privinsi Yunnan, Tiongkok. Dalam tradisi ini, warga duduk bersama menyantap makanan saat pesta desa.-Doan Widhiandono-
Sangat banyak memang yang bisa dikenal dalam empat bulan di Tiongkok ini. Tidak hanya teknologi, robot, dan gedung kaca pencakar langit. Kawasan pedesaan pun memunculkan memorinya sendiri.
KABUT masih menggantung sejak saya turun dari mobil siang itu, 10 November 2025. Desa Biaoshuiyan seperti diselimuti selimut tipis tanpa jeda. Dingin. Sejuk.
Tetapi suasana berubah hangat ketika warga menata meja panjang—atau Changjieyan—di dalam sebuah pendapa. Suara gemericik air terasa sangat syahdu. Datangnya dari sungai kecil yang terletak di samping pendapa.
Meja itu rendah. Tingginya tak sampai selutut. Begitu juga bangku panjang kecil di sampingnya. Lebih tepat disebut dingklik. Bukan kursi.
BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (105): Resmi Jadi Alumni
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Ya, yang menyambut kami hari itu adalah tradisi makan bersama khas Hani. Tradisi yang bukan sekadar makan. Tetapi, biasanya digelar pada Bulan Sepuluh, atau Angmatu Festival. Sering disebut sebagai Hani Long Table Banquet.
Di beberapa desa, panjang meja bisa mencapai ratusan meter. Di desa besar tertentu, catatan wisata menyebut bahkan bisa tembus lebih dari 600 meter. Masing-masing keluarga menyiapkan hampir 40 jenis hidangan.
Biaoshuiyan bukan desa besar dalam ukuran populasi. Rumahnya hanya 73. Warganya hanya 314. Tapi, mereka tetap menjaga tradisi yang sama: meja disusun memanjang, keluarga-keluarga datang membawa makanan terbaik, lalu duduk berdampingan tanpa sekat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: