Lomba Debat Bahasa Mandarin Disway, Tim SMA Nurul Jadid 3 Melaju ke Semifinal Setelah Ungguli SMKU Bina Insan Mulia

 Lomba Debat Bahasa Mandarin Disway, Tim SMA Nurul Jadid 3 Melaju ke Semifinal Setelah Ungguli SMKU Bina Insan Mulia

SMA Nurul Jadid berhasil bantai skor SMKU Bina Insan Mulia di Disway Mandarin Debate and Speech Competition. - Naufal Adibi - Harian Disway

Persiapan untuk lomba debat dari SMKU Insan Bina Mulia pun tidak terlalu banyak. Bahkan mereka mengaku bahwa baru belajar bahasa Mandarin di sekolahnya ketika memasuki kelas 12 SMA. 

Meski demikian, tim SMKU Insan Bina Mulia menunjukkan kegigihan dalam melawan argumen-argumen SMA Nurul Jadid tim 3.

“AI pun sangat membantu belajar bahasa Mandarin dan membantu untuk me-review kembali materi yang sudah dipelajari di sekolah tadi. Apalagi, pembelajaran di sekolah sudah menganut sistem digitalisasi,” ungkap Helena Fadlila Azkiya.

SMKU Bina Insan Mulia pun mengharapkan pemerataan fasilitas internet di berbagai pondok pesantren. Sehingga, dapat merasakan dampak positif dari penggunaan AI.

Sebab, menurut mereka, AI akan sangat membantu berlangsungnya proses pembelajaran para pelajar. Asalkan, bisa menggunakannya dengan bijak.

BACA JUGA:Disway Mandarin Debate Competition, SMA Xin Zhong Unggul Satu Poin dari SMA Nurul Jadid di Lomba Debat!

BACA JUGA:Angklung Kolagenta Meriahkan Disway Mandarin Debate & Speech Competition 2025, Tampilan Lagu Mandarin


Penampilan SMKU Bina Insan Mulia DAN SMA Nurul Jadid dalam lomba debat di Disway Mandarin Debate and Speech Competition. - Naufal Adibi - Harian Disway

Tim SMA Nurul Jadid 3 adalah Dwi Ayu Nabila, Saintika Hurin Mazidah, dan Natasya Wahyu Safitri. Dalam perdebatan, mereka menegaskan bahwa AI hanyalah alat, bukan pengganti. “AI tidak punya hati, tidak punya nurani. Bagaimana mungkin bisa mengerti Islam atau pendidikan?” begitu salah satu pernyataan tegas dari pihak kontra. 

Saat moderator mempertanyakan mengenai nilai tradisional pesantren yang digantikan dengan AI, tim kontra menegaskan bahwa etika dan kebersamaan di pesantren adalah hasil proses panjang yang ditunjukkan para kiai lewat dakwah.

Meski pihak pro menyoroti risiko pesantren tertinggal zaman tanpa AI, tim kontra tetap menekankan peran mendasar pesantren dalam menanamkan moral dan karakter. 

“AI bisa memberi jawaban, tapi pesantren bisa memberi kehangatan,” tutup tim SMA Nurul Jadid 3 dalam pernyataan akhir. 

BACA JUGA:Disway Mandarin Debate and Speech Competition 2025, Booth FIB UNAIR Beri Bocoran Rencana Program Studi Terbaru, Bahasa dan Sastra Tiongkok

BACA JUGA:Lomba Pidato Bahasa Mandarin Disway: Jennifer Wu Deg-Degan, Senang Bisa Berpidato di Hadapan Orang Banyak

Seusai lomba, ketiga peserta menceritakan perjalanan mereka dalam belajar bahasa Mandarin sejak kelas 10 melalui program unggulan bahasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: