Penurunan BI Rate dalam Bingkai Sektor Pangan

Penurunan BI Rate dalam Bingkai Sektor Pangan

ILUSTRASI Penurunan BI Rate dalam Bingkai Sektor Pangan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BANK INDONESIA (BI) kembali memangkas suku bunga acuan atau BI rate, kali ini sebesar 25 basis poin, menjadi 4,75 persen, dalam rapat dewan gubernur (RDG) yang digelar 16–17 September 2025. 

Keputusan itu menjadi langkah kelima sepanjang tahun berjalan, di mana hal tersebut menegaskan arah kebijakan moneter longgar untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global. 

BI menegaskan bahwa penyesuaian suku bunga tetap sejalan dengan proyeksi inflasi 2025/2026 yang dipertahankan pada kisaran sasaran 2,5% ±1%. 

BACA JUGA:Penurunan BI Rate: Implikasi pada Investasi dan Sektor Riil

BACA JUGA:BI Rate Turun Jadi 5,75 Persen, Bank Indonesia Jaga Inflasi

Penurunan itu diharapkan mampu mendorong konsumsi rumah tangga, investasi, serta memperkuat daya beli masyarakat, khususnya pada sektor pangan yang sangat sensitif terhadap perubahan harga. 

Dalam hal ini, stabilitas pasokan dan distribusi menjadi kunci agar manfaat penurunan BI rate benar-benar dapat dirasakan tanpa menimbulkan tekanan inflasi pangan.

MEKANISME

Penurunan suku bunga menurunkan biaya pinjaman (bank lending rate) dan mendorong kenaikan uang yang beredar. Secara mikroekonomi, efek itu dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga (C) dan investasi (I) dalam identitas pengeluaran nasional.  

Y=C+I+G+(X-M) (1)

Sumber: Mankiw (2018)

Komponen konsumsi (C) dan investasi (I) menjadi faktor paling responsif terhadap turunnya suku bunga. Dengan makin murahnya biaya kredit, rumah tangga lebih terdorong membeli barang konsumsi, termasuk pangan. Sementara itu, produsen lebih terdorong memperluas kapasitas produksi. 

BACA JUGA:Nilai Rupiah Melemah, Pemerintah Naikkan BI Rate hingga 25 bps, Airlangga Paparkan Alasannya

Penurunan BI rate mendorong konsumsi rumah tangga yang sebagian besar diarahkan pada kebutuhan sehari-hari, termasuk pangan, serta memperluas peluang investasi karena biaya kredit lebih murah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: