KTT Perdamaian Tanpa Kehadiran Iran

KTT Perdamaian Tanpa Kehadiran Iran

ILUSTRASI KTT Perdamaian Tanpa Kehadiran Iran.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Kemungkinan kedua, Iran sesungguhnya kecewa kepada Hamas yang menyerang dan menyandera ratusan warga israel pada 7 Oktober 2023. Sebab, aksi tersebut berdampak pada gejolak yang lebih besar di Timur Tengah, termasuk memicu AS menyerang fasilitas nuklir Iran. 

Jatuhnya Bashar Al-Assad di Suriah juga dinilai sebagai salah satu ekses dari serangan Hamas ke israel dua tahun lalu. 

THE WAR IS (NOT) OVER

Jika Donald Trump sangat yakin perang di Timur Tengah sudah berakhir, penulis justru meyakini bahwa perang belum berakhir. Terlalu menyederhanakan persoalan jika konflik antara Palestina dan israel dianggap selesai hanya karena telah adanya gencatan senjata antara Hamas dan israel. 

Beberapa analis Timur Tengah meragukan KTT Shram El-Sheikh sebagai perjanjian perdamaian jangka panjang. Sebaliknya, itu tak lebih sebagai gencatan senjata yang bersifat sementara. 

Perdamaian jangka panjang antara Palestina dan israel tidak cukup hanya disepakati empat negara yang disaksikan 16 negara lainnya. Perdamaian jangka panjang hanya bisa dicapai jika Sidang Dewan Keamanan PBB menyepakati Resolusi Perdamaian Palestina-israel tanpa diveto salah satu anggota tetapnya, terutama: AS, Prancis, dan Inggris. 

Dinamika geopolitik di Timur Tengah terus bergejolak sejak negara israel berdiri sepihak di tanah Palestina pada 1948. Bukannya menjadi negara tetangga yang baik, israel terus memperluas wilayah pendudukan di tanah Palestina. 

Solusi dua negara sebetulnya adalah jalan keluar mengakhiri konflik Palestina-israel. Namun, Israel tidak benar-benar ingin melihat adanya sebuah negara Palestina yang merdeka,  berdaulat, dan berdiri layaknya negara-negara lain. 

Jika ingin lebih serius berdamai, Donald Trump mengadakan perundingan yang lebih panjang antara negara-negara Arab dan israel untuk menyepakati wilayah kedaulatan Palestina dan israel. 

Para pemimpin Hamas maupun Fatah di Palestina ingin negara Palestina yang merdeka dan bedaulat penuh dengan wilayah seperti sebelum Perang 1967 dengan Al-Quds (Yerusalem Timur), kota tempat berdiri Masjid Al-Aqsa, sebagai ibu kota Palestina. 

Dataran Tinggi Golan yang sekarang masih dikuasai israel dikembalikan kepada Suriah. Dan, wilayah Jalur Gaza dibuka dari semua blokade ekonomi, sosial, dan politik. 

Hanya dengan tercapainya poin-poin itulah, negara-negara muslim, termasuk Indonesia, bisa mengakui eksistensi negara isarel. (*)

*) Tofan Mahdi adalah wartawan senior dan alumnus Paramadina Graduate School of Diplomacy. Pernah meliput konflik Palestina-israel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: