Pesona Bukit Sikunir dan Kawah Sikidang di Pegunungan Dieng

Puncak Bukit Sikunir yang memesona dengan gulung-gemulung awan.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY
Sebelum masuk ke jalan utama menuju puncak, wisatawan akan melalui pasar wisata yang riuh. Tak hanya menjajakan makanan dan minuman. Tapi juga souvenir khas Dieng.
Pengelola wisata Bukit Sikunir pada beberapa sudut telah mengatur akses menjadi dua bagian. Satu untuk wisatawan yang akan naik, satu untuk mereka yang ingin turun.
Di bukit tersebut terdapat tiga pos. Namun, kami berhenti di pos pertama saja. Itu sudah cukup untuk menikmati lanskap sunrise.
BACA JUGA:Menjelajah Pasar Tradisional Dunia: Kuliner, Budaya, dan Keunikan Tiap Sudutnya
BACA JUGA:Wajah Baru Newfoundland dan Labrador, Infrastruktur Raksasa Buka Akses Esberg
Namun, Aulia Rahmadia Rizki (Ulik) dan Trisila Prihatiningsih (Bu Tri), dua orang dari rombongan kami berhenti di titik sekitar 100 meter sebelum pos pertama. Mereka tidak kuat naik. Hani Rizki Agung Lestari, anak Bu Tri, turut bersama kami ke pos pertama tersebut.
Kami sampai sekitar pukul 3 pagi. Jelang pukul 4.30 dini hari, segaris jingga di timur telah nampak. Muncul pula bergulung-gulung awan di bawah. Jadi, rasanya kami seperti berada di negeri di atas awan.
Deretan gunung-gemunung tampak disinari remang fajar. Saat beranjak semakin naik, kontur perbukitan dan hijau pepohonan semakin nampak.
Kami terlalu asyik menikmati pemandangan itu sampai menjelang siang. Hingga kami tak sadar bahwa Ulik dan Bu Tri menghilang.
Asap belerang di Bukit Sikidang. Itu merupakan kawah aktif terbesar di Dataran Tinggi Dieng.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:4 Rekomendasi Spot Wisata di Bali Untuk Pencinta Alam, Pernah Muncul di MV K-Pop Juga Loh!
BACA JUGA:7 Rekomendasi Spot Makanan Halal di Korea Selatan, Wisatawan Muslim Wajib ke Sini!
Hani tampak agak panik. Kami beramai-ramai mencari dua orang tersebut. Ditelpon tidak bisa. Mungkin sinyalnya buruk. Atau keduanya sedang mematikan smartphone mereka. Dicari di sekitaran musala tempat pengunjung beristirahat pun nihil.
Mungkin keduanya sudah turun. Kami pun bergegas mencarinya ke sana. Bisa saja karena kelelahan, keduanya memilih beristirahat di mobil. Atau nongkrong di salah satu kedai di parkiran. Tapi setelah ke tempat tersebut, mereka berdua tetap tidak ditemukan.
Guide trip kami pun kembali naik ke atas untuk mencari Ulik dan Bu Tri. Sekitar 1 jam, salah seorang kawan melihat mereka sedang nyemil di musala pos pertama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway