Pembunuhan Pelacur Hamil di Lendosis, Palembang: Terakhir, Salim ke Suami

Pembunuhan Pelacur Hamil di Lendosis, Palembang: Terakhir, Salim ke Suami

ILUSTRASI Pembunuhan Pelacur Hamil di Lendosis, Palembang: Terakhir, Salim ke Suami.-Arya-Harian Disway-

Satu setengah jam kemudian, petugas mengetuk pintu lagi. Tidak ada balasan lagi. Kali ini petugas membuka pintu dengan menggunakan kunci cadangan. 

Tampaklah korban tergeletak di lantai, seluruh tubuh ditutupi seprai. Petugas menyingkap seprai. Perempuan itu telentang. Wajahnyi membiru. Mulutnyi tersumpal celana dalam perempuan (mungkin celana dalam dia sendiri). Kedua tangan terikat ke belakang oleh jilbab pink. Petugas langsung lapor polisi.

Tim polisi tiba di hotel, melakukan olah TKP. Jenazah dikirim ke RS Polri. Hasil pemeriksaan, korban hamil dua bulan. Di wajah dan dada terdapat lebam. Penyebab kematian gagal napas. Ada bekas tekanan pada leher, indikasi pencekikan.

Polisi memeriksa beberapa saksi, juga rekaman CCTV hotel. Dari situ polisi mendapatkan video wajah pelaku. Langsung dikejar. 

Rabu, 15 Oktober 2025, sekitar pukul 22.45, Febrianto digerebek polisi di rumahnya di Desa Sidomulyo jalur 18 jembatan IV Kecamatan Muara Padang, Banyuasin, Sumsel. Saat akan ditangkap, ia melawan petugas. Maka, kakinya didor sehingga loyo.

Dalam interogasi polisi, Febrianto mengakui membunuh Anti. Katanya, ia bayar ke Anti Rp300 ribu untuk dua kali berhubungan seks. Tapi, baru sekali dan hendak dilanjut kedua, Anti menolak. Febrianto marah, mencekik mati korban. Sebelum meninggalkan kamar, ia menyumpal mulut korban dengan celana dalam, mengikat kedua tangan korban, menutupi jasad itu dengan seprai.

Kombes Harryo mengakhiri: ”Itu pembunuhan keji. Tersangka dijerat Pasal 338 KUHP, pembunuhan. Kini kami sidik lebih lanjut.”

Pelacur rawan dibunuh. Dikutip dari The Conversation, 10 Agustus 2017, berjudul Is sex work still the most dangerous profession? The data suggests so, diungkapkan bahaya pekerjaan pelacur.

Artikel itu ditulis Prof Teela Sanders, guru besar kriminologi, University of Leicester, Inggris. Dibantu data oleh Prof Lucy Platt, guru besar epidemiologi kesehatan masyarakat, London School of Hygiene & Tropical Medicine, Inggris. 

Mereka melakukan riset tentang pekerjaan pelacur Inggris, didanai Wellcome Trust. Topiknya, analisis basis data pembunuhan pelacur di Inggris mulai 1990 hingga 2016. 

Data itu dikurasi National Ugly Mugs, lembaga pelaporan kejahatan terhadap pekerja seks. Data ditabulasi, dianalisis.

Hasilnya, pekerja yang paling berisiko dibunuh adalah pelacur. Dari 180 kasus pembunuhan pelacur, 110 terjadi di tempat kerja. Sisanya di luar tempat kerja.

Penyebab, ada stigma buruk masyarakat Inggris terhadap pelacur. Agama (mayoritas) mereka, itu pekerjaan berdosa. Menurut etika mereka, itu pekerjaan terendah manusia. Dengan demikian, pelacur dipandang masyarakat boleh dihina, disakiti, bahkan dibunuh. Tujuannya, tidak ada lagi pelacur di bumi.

Barangkali, pelacur bakal musnah sendiri jika tak ada pembeli. Sesuai hukum ekonomi, ada demand, ada supply

Siapa Anti? ”Dia sebenarnya driver ojek online makanan. Sehari-hari kerjanya mengantar makanan orang,” kata suami Anti, Adi Rosadi, 36, kepada wartawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: