Pembunuhan Pelacur Hamil di Lendosis, Palembang: Terakhir, Salim ke Suami

Pembunuhan Pelacur Hamil di Lendosis, Palembang: Terakhir, Salim ke Suami

ILUSTRASI Pembunuhan Pelacur Hamil di Lendosis, Palembang: Terakhir, Salim ke Suami.-Arya-Harian Disway-

Adi menikahi Anti pada 2022. Pekerjaan Adi office boy sebuah mal di Palembang. Mereka mukim di Jalan Tegal Binangun, Plaju, Palembang. Setahun kemudian mereka punya anak. Tapi, tak lama setelah lahir, sang anak meninggal. Kemudian, punya anak lagi, laki-laki, kini usia setahun delapan bulan. 

Adi tahu, istrinya hamil dua bulan. ”Kandungan itu anak saya dan dia. Itu anak ketiga kami. Meskipun hamil, dia tetap ngojek, rajin, ngantar makanan orang,” ujar Adi.

Diceritakan, sejak punya anak kedua, Anti mengatakan ke suami, mereka harus cari uang lebih giat untuk membiayai kebutuhan keluarga. Kebutuhan terus naik. Harga barang-barang juga terus naik.

Adi: ”Saya tahu, dia ingin hidup yang lebih cukup. Dia ingin beli ini, beli itu, belum tercapai. Saya sedih. Maka, kami merencanakan buka usaha. Saya masih mengumpulkan modalnya. Terus, dia ngojek untuk membantu mengumpulkan modal.”

Namun, menurutnya, kehidupan mereka gembira. Setiap Adi libur kerja akhir pekan, Anti juga ikut libur. Mereka bertiga dengan anak, pergi naik motor. Biasanya mereka bertandang ke rumah ortu Adi di Palembang. Atau, jalan-jalan di mal, tempat kerja Adi.

Adi: ”Anak saya naik odong-odong aja udah seneng banget. Gembira banget. Kami yang melihatnya ikut gembira.”

Pertemuan terakhir Adi-Anti pada Jumat pagi, 10 Oktober 2025. Saat itu Adi berangkat kerja, diantar motor Anti. sekalian ngojek. Dari mal itu sering dapat order antar makanan orang. Lumayan buat mereka.

Adi: ”Pagi itu saya perhatikan wajah dia agak muram. Saya tanya mengapa, dia menjawab, tidak ada apa-apa. Dia menurunkan saya di depan mal, tempat kerja saya. Terus, dia salim (mencium tangan suami, Red). Sambil mengatakan, ’kerja yang giat, ya, Pa….’ Ternyata itulah pertemuan kami terakhir.”

Adi menangis, bukan saja oleh kepergian Anti. Tapi, ia juga bingung mengatasi anaknya yang selalu menangis, memanggil-manggil mamanya. Untuk meredakan tangisnya, si anak diajak naik odong-odong.

Adi: ”Alhamdulillah, ia bisa ketawa lagi. Tapi, selesai naik odong-odong, ia tanya mamanya lagi. Karena biasanya mamanya ikut nonton ia naik odong-odong. Saya sedih, Pak...”

Pertanyaan dialihkan ke CCTV hotel yang beredar di medsos, Adi mengatakan sudah melihatnya. Ia mengaku tidak kenal wajah laki-laki itu. Tapi, ia sudah memaafkan Anti yang selingkuh. Ia tahu, Anti ingin bisa beli-beli. Penghasilan Adi sebagai OB tak mampu mencukupi itu. Bisnis pun belum bisa dimulai.

Bahwa di akhir hidup Anti dalam kondisi negatif, persepsi publik bisa beragam. Pelacur juga manusia.

Semua tahu, motivasi semua pelacur adalah uang. Mereka menentukan tarif. Merelakan tubuhnyi kepada aneka lelaki. Demi memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, beli-beli. Tidak cuma bisa naik odong-odong. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: