Filipina Selidiki Asal Bubuk Seng Terkontaminasi Radioaktif Cs-137 yang Dikirim ke Indonesia

Kontainer asal Filipina yang mengangkut bubuk seng terkontaminasi Cs-137 dijadwalkan kembali ke Manila untuk pemeriksaan lanjutan.--
HARIAN DISWAY - Pemerintah Filipina tengah menyelidiki asal bubuk seng yang terkontaminasi Cesium-137 (Cs-137) dan dikirim ke Indonesia, menyusul temuan zat radioaktif di kawasan industri Jawa Barat.
“Saat ini, ini kemungkinan merupakan kasus kontaminasi tanpa ancaman yang dapat membahayakan masyarakat luas,” kata Menteri Sains dan Teknologi Filipina Renato Solidum Jr. pada Jumat, 17 Oktober 2025, seperti dikutip oleh Straits Times.
BACA JUGA:Kasus Radioaktif Cikande, Pemerintah Waspadai Ancaman seperti Chernobyl
BACA JUGA:Kasus Pencemaran Radioaktif Cesium-137 di Cikande Masuki Tahap Penyidikan
Kontainer berisi bubuk seng itu dijadwalkan kembali ke Manila pada akhir bulan ini. Menurut Renato, kontainer tersebut belum dibuka dan tidak terdeteksi adanya radiasi di bagian luar.
“Tidak ada risiko bagi awak kapal,” lanjutnya. Ia menambahkan bahwa kontainer akan diperiksa setibanya di Filipina sebelum disimpan kembali di gudang yang aman.
BACA JUGA:300 Personel TNI dan Polri Dikerahkan, Dekontaminasi Radioaktif Cs-137 di Cikande
Pengiriman bubuk seng tersebut dilakukan oleh perusahaan dagang asal Tiongkok yang memiliki kantor di Filipina.
Menurut sumber yang mengetahui kasus ini, perusahaan itu adalah Zannwann International Trading yang berlokasi di Meycauayan City, Bulacan.
BACA JUGA:Ekspor Udang Beku di Cikande Ditutup, Terdeteksi Radioaktif Cs-137
Namun, hingga kini, perusahaan belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.
Pemerintah Filipina juga menelusuri fasilitas pemrosesan baja di dalam negeri yang diduga menjadi pemasok bubuk seng kepada eksportir tersebut.
BACA JUGA:AS Larang Peredaran Udang Beku Asal Indonesia, Diduga Mengandung Bahan Radioaktif
Penyelidikan ditangani oleh kelompok antar-lembaga yang melibatkan Departemen Sains dan Teknologi serta Institut Penelitian Nuklir Filipina, dan dilakukan dengan koordinasi bersama Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: