Sister City Surabaya-Varna untuk Masa Depan Kota Global
ILUSTRASI Sister City Surabaya-Varna untuk Masa Depan Kota Global.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Kasus Curanmor di Surabaya: Sebelum Stigma Menjadi Budaya
Tanpa fondasi yang kuat, kerja sama semacam itu mudah sekali kehilangan relevansinya seiring waktu.
Dari pengalaman tersebut, kota-kota di Indonesia yang memiliki program serupa dapat memetik pelajaran berharga.
Pertama, kerja sama antarkota tidak boleh menggantungkan nasibnya hanya pada hubungan personal antar pemimpin. Sebaliknya, dibutuhkan aturan teknis dan lembaga koordinasi yang kuat dan independen sehingga program dapat terus berjalan meski terjadi pergantian kepala daerah atau fluktuasi situasi politik.
Kedua, partisipasi aktif komunitas lokal, dunia usaha, dan lembaga pendidikan adalah kunci keberhasilan. Merekalah ujung tombak yang akan merasakan sekaligus melanjutkan estafet manfaat dari kerja sama tersebut.
Ketiga, diversifikasi sumber pendanaan dan fokus pada program yang relevan dan konkret –seperti penanganan perubahan iklim, pengelolaan sampah, penciptaan green job, dan alih teknologi –akan membuat kerja sama menjadi lebih bernyawa.
Keempat, pemanfaatan teknologi digital untuk memfasilitasi komunikasi antarkomunitas, pelaku bisnis, dan promosi hasil-hasil kerja sama menjadi sebuah keniscayaan di era modern ini.
Meskipun pengalaman kerja sama Surabaya-Varna yang belum berjalan mulus, tidak berarti masa depan kerja sama sister city suram. Justru, itu menjadi momentum introspeksi dan perbaikan.
Surabaya sendiri telah membuktikan kemampuan beradaptasi dengan mengembangkan kerja sama internasional lain yang jauh lebih konkret dan berdampak. Salah satu contoh sukses adalah kemitraan di bidang lingkungan dengan kota-kota di Jepang, seperti Kitakyushu.
Melalui Program Kitakyushu Urban Centre (KUC), Surabaya menjadi pusat pembelajaran dan implementasi teknologi pengelolaan sampah, termasuk pengembangan bank sampah dan kompos.
Kontribusi nyata dari kerja sama itu terlihat jelas dalam transformasi wajah Surabaya menjadi kota yang lebih hijau dan berkelanjutan, seperti yang dapat disaksikan di Taman Bungkul dan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Keberhasilan itu menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, sister city bisa menjadi mesin pembangunan yang efektif.
Peluang untuk menghidupkan dan memaknai kembali kerja sama sister city makin terbuka lebar dengan adanya perkembangan kebijakan global. Salah satunya adalah kebijakan visa terbaru Uni Eropa, ”visa Cascade”, yang mulai berlaku pada Juli 2025.
Kebijakan tersebut memberikan kemudahan signifikan bagi warga negara Indonesia (WNI) yang pernah memiliki visa Schengen dalam tiga tahun terakhir untuk mengajukan visa multiple entry dengan masa berlaku hingga lima tahun.
Artinya, mobilitas bagi pelajar, peneliti, profesional, dan pelaku bisnis Indonesia ke Eropa, termasuk Bulgaria, akan menjadi jauh lebih mudah dan efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: