Retaknya Tri-Pilar Pendidikan
 
                                    ILUSTRASI Retaknya Tri-Pilar Pendidikan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Di keluarga karakter dan moral dibangun melalui pembiasaan dan keteladanan dari orang tua. Di keluarga itulah fondasi karakter dan moral anak dibangun. Sayangnya, tidak semua orang tua memahami kewajiban dan tanggung jawabnya dalam pendidikan anak.
Di sampaing itu, tidak semua orang tua memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pola asuh yang baik.
Peran masyarakat sebagai pengawas terhadap sikap dan perilaku anak berdasarkan nilai dan norma yang berlaku. Pengawasan dari masyarakat itu sangat diperlukan agar anak patuh dan taat terhadap norma sosial dan moral.
Sementara itu, sekolah, selain mengajarkan ilmu pengetahuan, juga membentuk karakter dan moral untuk memperkuat apa yang sudah diajarkan di keluarga. Setidaknya, sekolah bisa melaksanakan peran yang seharusnya dilakukan orang tua.
Oleh karena itu, jika tidak ada kepercayaan dan kerja sama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam pendidikan karakter dan moral, kita akan gagal mewujudkan generasi yang jujur dan bertanggung jawab. Akhirnya, kita akan merasakan dampaknya.
Dampak kegagalan pendidikan karakter dan moral juga tidak hanya dirasakan oleh keluarga, tetapi juga oleh masyarakat dan negara. Orang tua tentu akan merasa malu jika karakter anaknya buruk, setidaknya harapan untuk memiliki anak saleh dan salihah tidak terwujud.
Bagi masyarakat, karakter dan moral yang buruk dari sesorang bisa menimbulkan masalah sosial dalam bentuk kejahatan. Sedangkan bagi negara, jika memiliki kekuasaan, orang yang buruk karakter dan moralnya akan cenderung korupsi.
Di sinilah pentingnya kesadaran bahwa pendidikan moral dan karekter bukan hanya untuk kepentingan keluarga, melainkan juga untuk masyarakat dan negara.
Tujuan pendidikan sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Sisdiknas 2003, antara lain, adalah membentuk karakter dan akhlak yang mulia. Hal itu juga telah ditegaskan para pendiri negara, yaitu nation and character building.
Bahkan, para pendiri negara sangat menyadari bahwa keberhasilan pendidikan karakter itulah yang akan menentukan keberhasilan dalam mewujudkan tujuan negara.
Jika gagal membangun moral dan karakter, kita akan sulit mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (*)
*) Warsono adalah ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2022–2026, guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Unesa, dan mantan rektor Unesa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber:
 
                         
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                                 
                                                 
                                                 
                                                