Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (72): Yishala, Gerbang Waktu di Lembah Jinsha
SENIMAN SUKU YI melantunkan instrumen di alun-alun Desa Yishala, Selasa, 21 Oktober 2025.-Doan Widhiandono-
Inilah salah satu desa tertua di Provinsi Sichuan. Namanya: Yishala. Para jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC) mengunjunginya, Selasa, 21 Oktober 2025.
DESA Yishala (Yíshālā cūn / 彝沙拉村) terletak di Kecamatan Pingdi, Distrik Renhe, Kabupaten Panzhihua, Provinsi Sichuan. Letak desanya persis di perbatasan Sichuan-Yunnan.
Dari pusat kota Panzhihua, jarak Yishala sekitar 50 kilometer. Ke arah selatan. Melewati perbukitan, menyusuri lembah sungai Jinsha.
Tak pelak, desa itu juga disebut sebagai ’’gerbang selatan’’ Panzhihua. Bahkan, gerbang selatan provinsi Sichuan, sejatinya. Sebab, jalur tersebut menjadi titik masuk strategis menuju Yunnan. Bahkan sejak era dinasti Ming dan Qing.
Begitu keluar dari bus, kami sudah disambut suasana khas desa. Ramah. Warga tersenyum. Beberapa berdiri di gang-gang kecil yang kami lewati.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Rumah-rumah merah bata berjajar rapi. Atapnya kayu gelap dengan ujung melengkung. Di Jawa, rumah dengan ujung lentik seperti itu disebut gaya ekor walet. Tetapi, di Tiongkok, itu menjadi ciri khas arsitektur Qinhuai–Anhui.
Lorong-lorong sempit di antara rumah membentuk pola desa kecil yang masih terjaga. Masih tradisional.
Suasana desa itu diperkuat dengan hadirnya warga yang menjajakan aneka hasil pertanian. Mulai kacang-kacangan, tomat, stroberi, atau buah delima (pomegranate). Jualannya di tepi jalan. Sambil ndhoprok alias duduk di bawah. Pakai bakul dan tikar plastik.
Kesegaran buah itu membuat kami tergoda untuk membeli.
Di tengah desa, sungai jernih membelah permukiman. Memantulkan warna langit yang siang itu sangat biru. Kontras dengan rumah-rumah merah di lereng bukit.

HARIAN DISWAY (tengah) bersama warga desa Yishala di pinggir alun-alun.-Dokumen Pribadi-
Nama desa, Yíshālā, dalam bahasa Yi diucapkan sebagai veisoulou. Artinya. “tempat berair jernih untuk kediaman para dewa”. Maka, sungai itu tidak hanya menjadi identitas desa. Ia juga membentuk hubungan antara alam dan manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: