Tiga Trik Tersangka Pembunuh Dosen Cantik di Jambi Sembunyikan Perbuatannya: Pakai Wig Gondrong

Tiga Trik Tersangka Pembunuh Dosen Cantik di Jambi Sembunyikan Perbuatannya: Pakai Wig Gondrong

ILUSTRASI Tiga Trik Tersangka Pembunuh Dosen Cantik di Jambi Sembunyikan Perbuatannya: Pakai Wig Gondrong.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Setelah Waldi ditangkap polisi, Anis mengunggah di medsos begini: ”Ternyata orang pertama yang aku cari (chat WA), dia yang jadi tersangka.”

Natalena: ”Tersangka sangat ulet berusaha menyembunyikan pembunuhan. Ia kelihatan bekerja keras untuk itu. Tapi, tidak ada pembunuhan sempurna. Kami mengerahkan beberapa tim penyelidik. Akhirnya pembunuhan ini berhasil terungkap.”

Dikutip dari BBC, 24 Februari 2014, berjudul How to commit the perfect Murder, diungkapkan tentang pembunuhan sempurna.

Diuraikan, ilmu forensik punya rekam jejak mengesankan dalam mengungkap kasus pembunuhan. Setiap teknologi baru, mulai sidik jari hingga DNA, makin mempersulit pembunuh untuk lolos. 

Namun, mungkinkah menggunakan pengetahuan ilmu forensik, bukan untuk menangkap pembunuhan, melainkan untuk melakukan pembunuhan yang sempurna?

Jawabnya, orang yang paling mungkin mengetahuinya adalah para penyelidik forensik itu sendiri. Merekalah yang mungkin bisa melakukan pembunuhan sempurna.

Di kasus pembunuhan Erni, tersangka Waldi bukan ahli forensik. Ia polisi bidang propam. Tentu, tugasnya menyidik perkara, terutama pelanggaran yang dilakukan anggota Polri di wilayah tugasnya. 

Namun, setidaknya Waldi sebagai polisi punya pengetahuan bidang penyidikan suatu perkara. Karena itu, ia berusaha melakukan pembunuhan yang tak terungkap.

Di artikel tersebut fokus pada upaya pembunuh menyembunyikan jejak pembunuhan melalui pelenyapan mayat korban. Pelaku membuang mayat di suatu tempat agar mayat membusuk sehingga identitas korban sulit diketahui polisi. Kalau identitas korban tak diketahui, berarti tidak ada pembunuhan.

Berbagai cara pembunuh merusak mayat korban. Misalnya, membuang mayat korban ke area yang ada binatang karnivora supaya mayat korban habis dimakan binatang. Antara lain, lalat.

Atau, pembunuh membungkus mayat korban dengan alat bungkus berlapis-lapis. Berdasar ilmu forensik, waktu kematian manusia yang mayatnya berada di suatu tempat bisa dihitung dengan tingkat kerusakan mayat. Dan, perusak mayat adalah lalat. 

Lalat adalah makhluk pertama yang mendatangi TKP pembunuhan yang ada mayatnya. Kedatangan lalat yang pertama yang hinggap di mayat, dalam forensik, jadi penentu waktu kematian korban.

Tapi, Waldi tidak ”bermain” di situ. Ia membiarkan mayat korban tergeletak di ranjang di kamar korban. Ia tidak membuangnya. Ia malah memerkosa Erni sebelum tewas (berdasar hasil autopsi polisi). Sperma Waldi diduga tertinggal di celana dalam korban. Soal itu masih dipastikan dengan uji DNA.

Betapa pun, Waldi sudah melakukan upaya maksimal menyembunyikan jejak pembunuhan. Sebatas kemampuan. Dan, kemampuannya cuma segitu. 

Tentunya, jika terbukti di persidangan bahwa ia merencanakan pembunuhan tersebut, Waldi termasuk orang berbahaya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: