Dugaan Motif Bullying di Kasus Peledakan SMAN 72 Kelapa Gading, Jakut: Tanggung Jawab Sekolah

Dugaan Motif Bullying di Kasus Peledakan SMAN 72 Kelapa Gading, Jakut: Tanggung Jawab Sekolah

ILUSTRASI Dugaan Motif Bullying di Kasus Peledakan SMAN 72 Kelapa Gading, Jakut: Tanggung Jawab Sekolah.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Penyidik: ”Seandainya waktu itu guru cepat bertindak, mungkin peledakan bisa dicegah. Tapi, sekarang semuanya sudah terjadi.”

Profesi guru kini terombang-ambing sosial. Di satu sisi banyak kejadian guru dilawan murid, di-bully murid, bahkan dipolisikan ortu murid, yang jelas bahwa itu perilaku tidak pantas. Guru adalah profesi mulia.

Di sisi lain, guru selalu berusaha menyembunyikan kasus perundungan murid di sekolah. Tujuannya, tidak menimbulkan heboh sehingga ortu murid tidak percaya kepada sekolah tersebut dan gurunya dipecat. Jika insiden meledak, para guru cari selamat dengan cara menutupi kasus.

Mungkin pendidik kurang paham perundungan. Mungkin itu dianggap sepele. Atau, dianggap gurauan anak-anak. Mungkin juga pendidik tidak tahu cara mengatasi yang benar. Padahal, perundungan pelajar masalah serius.

Dikutip dari American Psychological Association (APA), berjudul Students Experiencing Bullying, diungkapkan:

Guru berperan penting dalam membangun dan memelihara lingkungan yang sehat bagi anak-anak untuk belajar dan berkembang. Guru berperan penting dalam mendorong interaksi sekolah yang aman dan memfasilitasi hubungan yang positif antar pelajar serta antara pelajar dan guru.

Amanda Dettmer, ilmuwan peneliti di Pusat Studi Anak Sekolah Kedokteran Yale University, New Haven, Connecticut, AS, berbicara untuk APA tentang cara guru mendukung siswa yang mengalami perundungan.

Artikel itu dirancang untuk membantu guru merespons siswa yang membutuhkan dukungan. Artikel tersebut tidak untuk digunakan sebagai alat diagnostik tenaga kesehatan mental profesional. 

Disebutkan, definisi bullying, termasuk perundungan maya, adalah tindakan berulang yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian dalam hubungan yang terdapat ketidakseimbangan kekuasaan yang nyata atau yang dirasakan.

Perundungan dapat berupa verbal (penghinaan disengaja, menggoda, mengancam), fisik (memukul, menendang, mendorong) atau relasional (pengucilan sosial, menyebarkan rumor yang menyakitkan).

Perundungan dapat terjadi dalam banyak konteks di lingkungan sekolah atau di luar sekolah.

Perundungan berbasis bias adalah penindasan yang khusus menargetkan seseorang karena karakteristik identitas. Misalnya, ras, bahasa, orientasi seksual, kemampuan, ukuran tubuh, identitas gender, atau agama.

Bagaimana perundungan memengaruhi siswa?

Ada potensi dampak negatif jangka panjang terhadap kesehatan mental bagi pelaku, terutama korban. Misalnya, kecemasan, harga diri rendah, dan depresi. Sekolah dengan iklim sehat yang mencegah perundungan memiliki hasil akademik yang lebih baik.

Pelaku perundungan mungkin pernah menjadi korban perundungan. Pelaku berisiko tinggi mengalami masalah perilaku. Misalnya, KDRT di rumah mereka, penyalahgunaan zat (alkohol, narkoba).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: