Sinta Wahid Tegaskan Makna Toleransi dalam Perayaan Ulang Tahun ke-25 Sakramen Mahakudus

Sinta Wahid Tegaskan Makna Toleransi dalam Perayaan Ulang Tahun ke-25 Sakramen Mahakudus

Sinta Nuriyah (tengah) menghadiri perayaan ulang tahun ke-25 Gereja Katolik Sakramen Mahakudus Surabaya, Senin, 10 November 2025-Afif Siwi-Harian Disway

"Jika kita mengaku bersaudara sebagai orang Indonesia, pantaskah jika gontok-gontokan, cakar-cakaran? Kita diikat oleh Pancasila," tegas Sinta.

BACA JUGA:Gayengnya Buka Puasa Bersama Lintas Iman Jawa Timur oleh Gusdurian Jawa Timur bersama Nyai Sinta

BACA JUGA:Gus Mus dan Yenny Wahid Bacakan Manuver 1 Abad NU Soal Negara Khilafah: Hasil Muktamar Internasional Fiqih Peradaban I

Usai perayaan, Sinta dan Yenny menanggapi penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Gus Dur oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

"Pemerintah memberikan penghargaan kepada orang-orang yang berjasa. Tapi, kalau buat saya, harus ada kriteria yang jelas (agar) seseorang itu bisa (layak) menjadi pahlawan," kata Sinta. 

Yenny menambahkan bahwa keluarga Gus Dur menghargai dan bersyukur atas penghargaan pahlawan yang didapat Gus Dur.

"Dengan rendah hati, kami berharap apa yang telah menjadi jasa dan perjuangan Gus Dur diakui oleh bangsa dan bisa terus diteruskan," tukasnya.

BACA JUGA:Tiga Pahlawan Nasional Baru Asal Jawa Timur, Ini Daftarnya

BACA JUGA:Inilah Besaran Tunjangan untuk Ahli Waris Pahlawan Nasional

Perayaan ke-25 Gereja Sakramen Mahakudus menjadi bukti nyata bahwa toleransi yang disemai bisa berakar dan bertumbuh kuat, bahkan kemudian bisa dirasakan dan dirayakan.

Di Pagesangan, salib dan kubah berdiri berdampingan. Keduanya sama-sama menjadi lambang yang mempersatukan dan mengikat semua umat dengan pedoman Pancasila. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: