BPDP dan Unair Ajak UMKM Tingkatkan Nilai Jual Sawit dan Kakao dalam Hilirisasi
Workshop hilirisasi produk sawit dan kakao di gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga pada 11 November 2025 diikuti oleh berbagai pelaku UMKM. - Tirtha Nirwana Sidik - Harian Disway
Selain itu, diselenggarakan pula sesi business matching antara UMKM dan perbankan Himbara guna membuka akses pembiayaan produktif serta memperluas jejaring usaha.
Peserta juga mendapatkan pelatihan strategi ekspor dan penetrasi pasar internasional agar mampu menembus pasar global dengan memenuhi standar ekspor yang berlaku.
Workshop hilirisasi kakao dan kelapa sawit akan membuat para pesertanya paham bahwa sawit dan kakao bisa punya nilai jual tinggi asal ada sentuhan kreativitas di sana.
BACA JUGA:Peran AgenBRILink, Membawa Inklusi Keuangan ke Pelosok Perkebunan Kelapa Sawit
“Kelapa sawit dan kakao ini menjadi program yang paling banyak dikelola oleh BPDP. Produk turunan kelapa sawit saat ini belum banyak diekspor. Adanya workshop ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas dan punya daya jual,” kata Akhmad Jayadi S.E., M.Ec.Dev, ketua pelaksana workshop.
Dalam workshop, para peserta dibantu mengurus legalitas usaha mereka. Seperti NIB, PIRT, halal, dan sertifikasi lainnya sebagai syarat wajib untuk masuk ke pasar modern dan ekspor.
Workshop tersebut juga menyediakan informasi dan strategi agar UMKM olahan sawit dan kakao mampu menembus pasar internasional dengan memahami prosedur ekspor, standarisasi produk, dan jaringan distribusi global.
BACA JUGA:71 Pejabat Gresik Ikut Catwalk di Dekranasda Fest 2025, Perkuat Produk UMKM
BACA JUGA:Produk UMKM Binaan Ubaya dan Undika Tembus Pasar Malaysia-Amerika Serikat
Selama workshop, para pelaku UMKM berkesempatan untuk bersinergi dengan berbagai lembaga keuangan, khususnya perbankan himbara, melalui sesi business matching.
Hilirisasi kakao dan kelapa sawit yang diusung BPDP dan Unair menjadi wadah kolaboratif antara pemerintah daerah, pelaku usaha, perbankan, dan mitra ekspor.
“Sebenarnya produk kakao paling banyak ada di Banyuwangi dan Jember. Sebelumnya, kita sempat usul agar dilaksanakan di Probolinggo, sehingga bisa mendatangkan peserta dari kedua daerah itu, termasuk Blitar," ungkap Jayadi.
BACA JUGA:Luhut Ngamuk, Indonesia Produsen Sawit Terbesar Dunia, Harga Diatur Malaysia
BACA JUGA:Pemprov Jatim–Kemenkum Perkuat Sinergi Hukum untuk UMKM dan Desa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: